TEMPO.CO, Padang - Perjuangan tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat selama 41 hari berburu harimau sumatera yang masuk ke permukiman warga tidak sia-sia karena si raja hutan tersebut akhirnya masuk perangkap kandang jebakan.
Kini warga Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, bisa bernapas lega karena ancaman hewan buas pemangsa ternak itu telah dapat diatasi. Sejak awal Desember 2021 tak kurang dari empat ekor sapi dimangsa harimau itu.
Awalnya pada 1 Desember 2021 empat ekor sapi milik warga setempat Rano dimangsa oleh harimau. Usai mendapat laporan warga, petugas BKSDA Sumbar melalui Resor Agam langsung turun ke lokasi mengidentifikasi jejak kaki, cakaran dan kotoran harimau yang memangsa ternak itu.
Setelah itu tim pun memutuskan memasang kamera jebak di lokasi serangan. Proses pencarian berlanjut keesokan harinya dengan melakukan penghalauan dengan bunyi-bunyian di lokasi munculnya satwa.
Akan tetapi dua hari berlalu tidak ditemukan jejak baru sehingga untuk sementara waktu tim KSDA Agam memutuskan keluar dari lokasi.
Namun pada Senin pagi, 6 Desember 2021, harimau kembali mengejar lima ekor sapi milik Doni Mawardi (18) dan Zara (38) dengan jarak sekitar 500 meter.
Karena kembali munculnya satwa itu, Tim KSDA Agam kembali ke lokasi konflik tersebut pada Selasa pagi. Di lokasi, Tim Resor KSDA Agam bersama masyarakat sekitar menemukan jejak kaki harimau dengan ukuran delapan sampai sembilan sentimeter.
"Ukuran jejak kaki satwa ini sama dengan ukuran kaki harimau memangsa sapi milik Rano yang mengakibatkan anak sapi mati dan induk luka-luka," kata Kepala Resor KSDA Agam Ade Putra.
Tim Resor KSDA Agam bersama warga sekitar kemudian menelusuri hutan dan perkebunan kelapa sawit. Tim menemukan jejak kaki, tempat tidur dan air kencing satwa. Bahkan menemukan keberadaan harimau dengan jarak sekitar 10 meter.
Petugas lalu meningkatkan penghalauan satwa tersebut ke habitatnya siang dan malam hari sampai pada Minggu, 12 Desember 2021. Namun keberadaan satwa tersebut tidak ditemukan sehingga Tim Resor KSDA Agam kembali keluar.
Akan tetapi harimau kembali mengejar sapi milik Doni dan Zara sampai ke halaman rumah pada Kamis pagi, 16 Desember 2021. Tim Resor KSDA Agam kembali ke lokasi untuk menangani konflik pada Selasa pagi, 21 Desember 2021.
Petugas Resor KSDA Agam langsung memasang dua kandang jebak dan di sekitar kandang dipasang kamera jebak. Satwa itu sempat melewati pintu masuk kandang jebak pada hari kedua pemasangan, Jumat, 24 Desember 2021, sekitar pukul 02.00 WIB, namun harimau tidak masuk.
Petugas menemukan jejak baru dan harimau melintas jalan masuk ke Maua Hilia menuju ke arah barat, sehingga kandang jebak dialihkan ke lokasi jejak itu.
Setelah kandang di pasang, tim melakukan penghalauan ke arah kandang, namun hasilnya nihil.
Tim berada di lokasi konflik sampai delapan hari dan keluar pada Rabu, 29 Desember 2021. "Kami tidak menemukan jejak baru dan seolah-olah kami dengan harimau kucing-kucingan," kata Kepala Resor KSDA Agam Ade Putra.
Memasuki 2022 harimau itu kembali muncul ke permukiman sehingga petugas kembali ke lokasi pada Selasa sampai Sabtu, 4-8 Januari 2022.
Salah seorang warga setempat atas nama Andri (48), melihat harimau masuk kandang perangkap dan ia sempat melihat secara dekat, sehingga harimau mengeluarkan suara dan langsung lari ketakutan.
Akhirnya pada 10 Januari 2022 seekor harimau sumatera yang berulang kali berkeliaran di permukiman masuk ke kandang jebak yang dipasang BKSDA Sumatera Barat.
Harimau tersebut berkelamin betina dengan perkiraan usia tiga sampai lima tahun. Masyarakat setempat kemudian sepakat memberikan nama Puti Maua ke harimau yang tertangkap di daerah itu.
"Nama Puti Maua itu merupakan hasil kesepakatan dari tokoh adat setempat," kata Wali Nagari Salareh Aia, Iron Maria Edi.
Menurut dia sebelumnya ada sejumlah nama yang diusulkan warga yakni, malanca, buma dan lainnya. Namun tokoh adat mencoba untuk mengakomodasi nama tersebut, sehingga disepakati nama Puti Maua.
Ia menjelaskan Puti merupakan bahasa Minangkabau yang artinya perempuan, karena harimau itu berkelamin betina. Sementara Maua merupakan lokasi ditangkapnya harimau tersebut, sehingga Maua Hilia bisa dikenal seluruh masyarakat Indonesia, bahkan internasional.
Harimau tersebut diputuskan untuk Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) Yayasan Arsari yang berada di Kabupaten Dharmasraya menggunakan kandang angkut untuk diobservasi dan diperiksa kesehatannya.
Sebelum dimasukkan ke dalam kandang angkut, warga bersama petugas BKSDA Sumbar, Polsek Palembayan, Koramil 11 Palembayan dan Perangkat Nagari Salareh Aia bersma-sama menggotong harimau yang berada di dalam kandang jebak menuju lokasi kendaraan.
ANTARA
Baca:
Harimau Mangsa 2 Sapi Dekat Kebun Sawit, BKSDA: Cuma Melintas
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.