TEMPO.CO, Jakarta - Tsunami berasal dari Bahasa Jepang, tsu yang berarti pelabuhan dan nami yang artinya gelombang, seperti dikutip dari situs web Badan Meteorologi dan Geofisika. Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena adanya gangguan bersifat cepat (impulsif) di laut.
Gangguan impulsif terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut secara tiba-tiba dalam arah vertikal atau horizontal. Perubahan itu tersebab tiga sumber, yaitu gempa tektonik, letusan gunung berapi, atau longsoran yang terjadi di dasar laut.
Mengutip situs web International Tsunami Information Center, gelombang tsunami menyerang garis pantai setiap 5 menit hingga 60 menit. Gelombang pertama biasanya bukan yang terbesar. Tapi, gelombang kedua atau setelahnya yang paling besar.
Ketika terjadi tsunami, biasanya gelombang pertama akan menggenangi daratan, kemudian surut yang membuat dasar laut terbuka. Gelombang selanjutnya akan datang membawa banyak puing-puing sisa dari sebelumnya. Itu sebabnya gelombang kedua atau setelahnya sangat berbahaya karena arus air sangat kuat sehingga bisa meratakan daratan.
Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), tsunami sebagai rangkaian gelombang yang disebabkan oleh gempa bawah laut yang menggeser dasarnya, tanah longsor, letusan gunung berapi, atau dampak asteroid.
Belum lama ini publik di berbagai belahan dunia menyoroti tsunami yang terjadi di Tonga, negara kepulauan di Oseania. Tonga dilanda tsunami pada Sabtu 15 Januari 2022 setelah gunung berapi bawah laut meletus sehari sebelumnya.
Layanan Meteorologi Tonga menjelaskan, peringatan diberlakukan untuk seluruh pulau dan penduduk segera mengungsi saat air laut naik ke daratan. Citra satelit yang diunggah di media sosial menunjukkan sejumlah pulau di Tonga sempat hilang ditenggelamkan tsunami. Gelombang tsunami yang sama yang kemudian memicu peringatan tsunami banyak negara di sekitar Samudera Pasifik.
NAUFAL RIDHWAN ALY
Baca: Tsunami dari Tonga Tenggelamkan Sejumlah Pulau di Pasifik