Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ini Sebab Kualitas Udara Bisa Lebih Buruk Meski Kawasan Lebih Hijau

image-gnews
Deretan gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa, 20 April 2021. Berdasarkan data
Deretan gedung bertingkat tersamar kabut polusi udara di Jakarta, Selasa, 20 April 2021. Berdasarkan data "World Air Quality Index" pada 20 April pukul 10.00 WIB tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 174 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Keberadaan taman dan pepohonan tak menjamin sebuah permukiman atau kota bersih dari polusi dan udaranya sehat untuk dihirup. Ini nyata dari data yang dipaparkan sebuah startup Nafas, penyedia aplikasi pengukur kualitas udara.

"Pepohonan tidak bisa memfilter jenis polusi partikel debu halus PM 2,5,” kata Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, pada acara media briefing berjudul 'Nafas Air Quality Report 2021' pada Rabu 3 Maret 2022. Partikel debu halus berukuran diameter kurang dari 2,5 mikrometer ini memang berkembang menjadi sumber polusi udara yang mengancam kesehatan manusia.

Startup Nafas telah mengukur kualitas udara di Jabodetabek, Yogyakarta, Bali, Surabaya dan Bandung sepanjang Januari-Desember 2021. Sebanyak 160-an sensornya tersebar di lima wilayah itu, di antaranya di kawasan Bumi Serpong Damai, Cibinong dan Sentul City. Ketiganya dianggap sebagai area yang masih relatif hijau di kawasan Jabodetabek. 

Namun data Nafas menunjukkan, indeks kualitas udara (AQI) di ketiga kawasan tersebut cukup tinggi, di atas 100. Angka AQI di atas 100 menunjukkan kualitas udara relatif tidak sehat bagi kelompok usia tertentu. “Itu menunjukkan ketiga daerah tersebut tidak bebas dari polusi,” kata Piort menunjuk biang keladi berupa konsentrasi debu halus di udaranya yang mampu terhirup jauh ke dalam sistem penapasan hingga terperangkap dalam paru-paru, dan bahkan larut dalam darah, itu.

Ia membandingkan dengan sensor di lokasi Kuningan dan Kebon Jeruk di pusat Jakarta yang dikelilingi oleh bangunan dan riuhnya transportasi. Pada data Juni-Desember 2021, Kuningan dan Kebon Jeruk justru memiliki kualitas udara yang lebih baik daripada BSD dan Cibinong.

Tangkapan layar aplikasi nafas yang digunakan untuk memantau kualitas udara. Aplikasi ini telah didukung jaringan sensor di Jabodetabek, DIY, Bali dan yang terbaru pada Oktober 2021 ini di Bandung dan Surabaya (https://nafas.co.id/)

Piort menuturkan, polusi udara PM 2,5 sangat dipengaruhi oleh pergantian musim. Saat musim kemarau PM 2,5 tinggi dan rendah di musim hujan. Peran signifikan dari musim terhadap perubahan kualitas udara juga tampak dari data Nafas periode Mei 2020 hingga 1 Januari 2022. Sepanjang periode itu disebutnya kualitas udara yang terukur naik-turun mengikuti pergantian musim.

“Berarti kita bisa berasumsi sebentar lagi kita akan memasuki tren kualitas udara buruk,” katanya merujuk musim kemarau yang menjelang di Indonesia.

Manfaat hujan lebat dan angin kencang

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan data yang dimilikinya pula, Pioter menerangkan, intensitas angin dan hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya perbaikan kualitas udara secara signifikan di suatu wilayah. Tanpa adanya hujan, kecepatan angin dapat menurunkan polutan secara signifikan. Namun, tanpa angin, hujan tidak dapat membersihkan polutan secara efisien.

Piotr mengutip Smart Air, 2020, yang menyatakan angin lebih baik daripada hujan dalam menurunkan tingkat polusi udara. Adanya hujan dapat menurunkan polusi 8,71 persen. Sedangkan, angin dapat sampai 66 persen. "Kualitas udara semakin membaik ketika terjadi hujan besar yang disertai angin kencang hingga ekstrem," kata Prabu Setyaji, data scientist di Nafas menambahkan.

Jaletreng River Park merupakan pedestrian yang berada di kawasan Hutan Kota 2 BSD, Tepatnya, berada di Jalan Letnan Sutopo, Ciater, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Kamis, 14 Oktober 2021. TEMPO/ Dwi Nur A. Y

Tentang peran pepohonan, Piotr merujuk studi David J. Nowak et.al (2013). Hasil studi Nowak, kata dia, menunjukkan penanaman pohon di 10 kota Amerika Serikat dengan tingkat PM 2,5 yang tinggi tidak signifikan mengurangi polutan tersebut, yakni hanya sebesar 0,05-0,24 persen setahun.

Berdasarkan data-data dan temuan Nafas tersebut, menurut Piotr, keliru apabila kebijakan pemerintah daerah di Indonesia memperbaiki kualitas udara hanya dengan cara menanam banyak pohon. Perlu ada cara yang ditempuh untuk mengurangi sumber dan emisi partikel PM 2,5.

“Bisa dibilang penanaman pohon hampir tidak ada dampaknya mengurangi PM 2,5,” kata dia sambil menambahkan, ”Dengan kata lain tidak berdampak signifikan untuk menyegarkan kualitas udara.”

Baca juga:
Diduga Telah Dikerahkan Rusia ke Ukraina, Apa Itu Senjata Termobarik?

CATATAN:

Artikel ini telah diubah pada Jumat 4 Maret 2022, pukul 11.30 WIB. Judul semula diganti dengan harapan bisa lebih mewakili daerah lain dengan masalah serupa. Terima kasih.  

 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Taiwan Siap-siap Hadapi Topan Krathon

2 hari lalu

Ilustrasi cuaca buruk dan gelombang tinggi. Pexels/Therato
Taiwan Siap-siap Hadapi Topan Krathon

Prakiraan cuaca menyebutkan topan Krathon bakal menyapu wilayah pantai Taiwan yang berupa naiknya gelombang air laut dan hujan lebat.


Pekan Ini Masuki Masa Transisi ke Musim Hujan, Simak Sebaran Potensi Hujan-Petir

2 hari lalu

Ilustrasi hujan badai petir . Pexels/Kaan Demircan
Pekan Ini Masuki Masa Transisi ke Musim Hujan, Simak Sebaran Potensi Hujan-Petir

Awal hingga pertengahan Oktober ini, sejumlah wilayah Indonesia memasuki masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.


15 Destinasi Populer di Dunia yang Kualitas Udaranya Buruk

3 hari lalu

Cincin Olimpiade terpasang di Menara Eiffel, Paris, Prancis, Rabu  24 Juli 2024. Cincin Olimpiade berdiameter sekitar 9 meter dengan keseluruhan lebar struktur 29 meter dan tinggi 13 meter manjadi daya tarik di monumen ikonik Paris itu jelang pembukaan Olimpiade Paris 2024 pada 26 Juli 2024. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
15 Destinasi Populer di Dunia yang Kualitas Udaranya Buruk

Sebuah penelitian menemukan bahwa Paris sebagai destinasi yang memiki kualitas udara buruk


Hari Pertama Oktober 2024, IQAir Catat Kualitas Udara Jakarta Memburuk

3 hari lalu

Gedung perkantoran terselimuti kabut polusi di Jakarta, Rabu, 19 Juni 2024. TEMPO/M Taufan Rengganis
Hari Pertama Oktober 2024, IQAir Catat Kualitas Udara Jakarta Memburuk

Aplikasi pemantau kualitas udara IQAir mencatat kategori Tidak Sehat, Konsentrasi polutan di DKI 13,7 kali lebih banyak dari batas standar WHO.


Taiwan Terbitkan Peringatan Ancaman Topan Krathon

4 hari lalu

Ombak menghantam tembok pelindung Pelabuhan Pemancingan Fugang saat Topan Koinu bergerak melewati ujung selatan Taiwan, di Taitung, Taiwan 5 Oktober 2023. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins
Taiwan Terbitkan Peringatan Ancaman Topan Krathon

Topan Krathon diprediksi akan mengaduk-aduk wilayah pantai barat Kepulauan Taiwan yang padat penduduk dengan hujan lebat dan angin kencang


5 Orang Tewas dan 4 Juta Rumah Tanpa Listrik Akibat Badai Helene

6 hari lalu

Upaya pembersihan setelah Badai Helene di Pantai Fort Myers, Florida, Amerika Serikat, 27 September 2024.  REUTERS/Andrew West/The News-Press
5 Orang Tewas dan 4 Juta Rumah Tanpa Listrik Akibat Badai Helene

Badai Helene adalah badai tropis kategori 4 yang sangat berbahaya. Badai ini telah menyebabkan kekacauan di wilayah Big Bend, Florida.


Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

7 hari lalu

Banjir melanda Jalan Ciledug Raya, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu, 25 September 2024. ANTARA/HO-BPBD DKI
Hujan, Petir, dan Angin Kencang Beberapa Hari Ini di Jabodetabek: Dampak dan Penyebabnya

Cuaca hari-hari hujan disertai angin kencang dan petir diprediksi bisa bertahan sampai dasarian pertama Oktober.


Badai Helene Menyapu Florida

7 hari lalu

Turis berenang di pantai saat Badai Tropis Helene mendekati Semenanjung Yucatan, di Cancun, Meksiko 24 September 2024. REUTERS/Paola Chiomante
Badai Helene Menyapu Florida

Otoritas memperingatkan badai Helene di Teluk Apalachee bisa melumat apapun dihadapannya karena ketinggian air bisa sampai 20 kaki di atas normal


Hujan Lebat dan Angin Kencang Merusak Hampir 100 Bangunan di Magetan

7 hari lalu

Personel BPBD memeriksa rumah warga yang rusak akibat diterjang angin kencang di Karangrejo, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Kamis, 26 September 2024. Foto: BNPB
Hujan Lebat dan Angin Kencang Merusak Hampir 100 Bangunan di Magetan

BNPB mengimbau masyarakat untuk selalu waspada terhadap cuaca ekstrem, terutama di musim peralihan dari kemarau dan hujan saat ini.


Catatan BNPB Soal Hujan Plus Angin Kencang yang Rusak Rumah di Penajam Paser Utara

7 hari lalu

Ilustrasi hujan. Pixabay
Catatan BNPB Soal Hujan Plus Angin Kencang yang Rusak Rumah di Penajam Paser Utara

BNPB menyatakan hujan angin yang rusak rumah di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, akibat perubahan cuaca yang ekstrem.