TEMPO.CO, Jakarta - Fenomena langit di bulan Maret banyak yang menarik membuat kita menikmati angkasa di waktu malam. Ada juga peristiwa yang terjadi pada siang hari, yaitu hari tanpa bayangan.
Hari tanpa bayangan telah dimulai saat memasuki Februari. Periodenya dimulai 21 Februari hingga 5 April mendatang. Ini adalah periode pertama dari dua kali setiap tahunnya karena Indonesia berada di antara di antara garis balik utara (Tropic of Cancer, 23,4° Lintang Utara) dan garis balik selatan (Tropic of Capricorn, 23,4° Lintang Selatan).
Andi Pangerang, peneliti di Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), mengatakan fenomena hari tanpa bayangan terjadi karena nilai deklinasi Matahari sama dengan lintas geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari.
Deklinasi adalah sudut apit antara lintasan semu harian Matahari dengan proyeksi ekuator Bumi pada bola langit (disebut juga ekuator langit).
"Ketika Matahari berada di atas Indonesia, tidak ada bayangan yang terbentuk oleh benda tegak tidak berongga saat tengah hari, sehingga fenomena ini dapat disebut sebagai Hari tanpa Bayangan," kata Andi, dikutip dari lama Edukasi Sains Antariksa.
Fenomena ini akan terus bergeser ke arah utara setiap harinya hingga pada 4 dan 5 April mendatang terjadi di ujung-ujung utara wilayah Indonesia, yakni di Miangas, Sulawesi Utara, tepatnya pukul 11.36.46 WITA dan Sabang, Aceh, pada pukul 12.41.30 WIB. Sebelum deklinasi meninggalkan wilayah Indonesia dan akan kembali lagi dengan arah pergerakan semu sebaliknya mulai September hingga Oktober mendatang sebagai periode kedua Hari tanpa Bayangan di Indonesia.
Begitu seterusnya terjadi sepanjang tahun. Andi pun mengingatkan kembali bahwa saat terjadi hari tanpa bayangan, yang berarti sinar Matahari datang tegak lurus di atas kepala, tidak serta merta mempengaruhi kenaikan suhu udara di daerah yang bersangkutan. Dia menerangkan, ada lebih banyak faktor yang menentukan kenaikan suhu daripada sekadar sudut penyinaran.
"Melainkan juga tutupan awan, kadar kelembapan dan jumlah bibit awan hujan," katanya sambil menambahkan jarak Bumi-Matahari aktual juga memberi pengaruh.
Berikut kalender astronomi Maret:
- 11 Maret: Bulan di Apogee ( 404.267 km )
- 12 Maret: Konjungsi Venus–Mars ( 4°), pukul 20.13 WIB
- 14 Maret: Hujan meteor Gamma–Normid, pukul 21.46 WIB – fajar.
- 18 Maret: Bulan purnama, pukul 14.17 WIB
- 20 Maret: March Equinox, pukul 22.27 WIB
- 21 Maret: Elongasi barat maksimum Venus (46°)
- 24 Maret: Bulan di Perigee (369.762 km)
- 29 Maret: Konjungsi Venus - Saturnus (2,2°)
- 31 Maret: Konjungsi segitiga Mars–Venus-Saturnus (< 6 °)
Peristiwa lainnya:
- 5 Maret: Jakarta tanpa bayangan, pukul 12.04 WIB
- 26 Maret: Kampanye Earth Hour, pukul 20.30 WIB
Pada bulan Maret banyak kota di Indonesia mengalami hari tanpa bayangan, untuk Jakarta terjadi pada hari Sabtu, 5 Maret 2022, pukul 12.04.
Sedangkan, pada earth hour yang dilakukan selama 1 jam, membuat wilayah tempat tinggal kita menjadi lebih gelap. Hal ini memungkinkan menatap langit dan menikmati malam yang lebih gelap.
Baca:
Fenomena Hari tanpa Bayangan Mulai 21 Februari: Penjelasan dan Salah Kaprahnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.