Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

180 RW di Kota Bandung Pilah Sampah, Peternak Maggot Kecipratan Hasil

image-gnews
Kompos hasil pengolahan sampah organik di RW 7 Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung, akhir Februari 2022. (Dok. FBJBS)
Kompos hasil pengolahan sampah organik di RW 7 Cibunut, Kelurahan Kebon Pisang, Kota Bandung, akhir Februari 2022. (Dok. FBJBS)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian warga Kota Bandung yang tersebar di 180 Rukun Warga (RW) telah melakukan pemilahan sampah dan limbah organiknya digunakan untuk pupuk hingga budi daya maggot atau larva dari lalat Black Soldier Fly (BSF). Adapun limbah anorganiknya yang bisa didaur ulang diserahkan ke pengangkut sampah.

Menurut anggota tim sekretariat Forum Bandung Juara Bebas Sampah, Mochamad Andi Nurfauzi, keterlibatan RW dalam pemilahan sampah meningkat pada kurun 2018-2019. Namun, saat pandemi  Covid-19 pada 2020-2021 pertambahannya sedikit, yaitu hanya tujuh RW. “Total jumlah RW di Kota Bandung 1.500-an,” kata Andi, Sabtu, 5 Maret 2022.

Pemilahan sampah itu terkait dengan program kurangi, pisahkan, dan manfaatkan atau disingkat Kang Pisman oleh Pemerintah Kota Bandung sejak 2018.

Menurut Andi, Dinas Lingkungan Hidup sudah mendukung, namun tantangan di lapangan adalah di tingkat kewilayahan. “Kalau partisipasi masyarakat sudah enak, kooperatif, dan setelah edukasi mau memilah sampah,” ujarnya. Sejauh ini pemilahan sampah di masyarakat mengandalkan fasilitator pendamping.

Sampah organik dari lingkungan warga yang dikumpulkan ada yang diolah menjadi kompos atau pupuk cair. Kelebihan sampah organiknya kemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS). Hasil pengumpulan di TPS selanjutnya dikirim ke tempat Pusat Olah Organik kelolaan Dinas Lingkungan Hidup yang tersebar di daerah Babakan Sari, Ciswastra, Tegalega, dan Jelekong.

Dua tempat Pusat Olah Organik, yaitu di Babakan Sari dan Ciwastra, kini telah dilengkapi alat pembuat bubur sampah organik. Sebagian hasilnya diambil peternak maggot secara gratis. “Mereka bisa bawa 5-10 ton per minggu,” kata Andi. Hasil maggot digunakan sebagai pakan ternak ikan atau unggas.

Sejauh ini kawasan bebas sampah (KBS) tersebar di 94 kelurahan dari 30 kecamatan di Kota Bandung. Pada tahun ini, menurut Andi, forum akan memperkuat mekanisme pengolahan sampah organik di TPS yang sudah terpilah untuk diangkut ke Pusat Olah Organik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat sarasehan Komunitas Kawasan Bebas Sampah pekan lalu, seorang petugas pemilahan sampah, Juju Supriatna, mengatakan total sampah organik yang berhasil ditangani dan diolah sebanyak 301,38 ton dari empat RW di Kelurahan Neglasari.

Sementara menurut Katrin, seorang penggiat kawasan bebas sampah di Batununggal Indah, inisiatif mengelola sampah datang dari warga. “Karena kekhawatiran akan kondisi lingkungan yang tidak baik-baik saja,” katanya.

Seorang Ketua RW di Kelurahan Cihaurgeulis, Rudi Apriyanto, menerapkan sanksi bagi warga yang enggan memilah sampah. “Maka sampahnya tidak akan diangkut, karena kami khawatir akan kondisi sampah yang tercampur akan terus menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah,” ujarnya. Saat ini pembuangan sampah Kota Bandung dan daerah sekitarnya tertuju ke TPA Sarimukti, di Kabupaten Bandung Barat.

Wilayah Bandung Raya punya sejarah kelam soal persampahan ketika gunungan sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi, runtuh dan merenggut korban jiwa pada 2005. Tragedi itu kemudian memunculkan julukan baru, yaitu Bandung Lautan Sampah, karena kota menjadi kotor dan bau dari timbunan sampah dimana-mana akibat TPA ditutup.

Baca:
Berbagai Sampah Plastik Berbeda Lama Waktu Terurai

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


CCE 3.0 GoTo Impact Foundation bakal Digelar di 4 Lokasi, Belitung hingga Lombok Tengah

7 hari lalu

Chairperson GoTo Impact Foundation, Monica Oudang, saat peluncuran Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) 3.0 via zoom meet, Kamis, 21 Maret 2024. Dok: Tangkapan Layar
CCE 3.0 GoTo Impact Foundation bakal Digelar di 4 Lokasi, Belitung hingga Lombok Tengah

GoTo Impact Foundation meluncurkan program Catalyst Changemakers Ecosystem atau CCE 3.0 dengan tema Lokal Berdaya.


Hadapi Libur Lebaran, Yogyakarta Antisipasi Sampah Pasca Penutupan TPA Piyungan

7 hari lalu

Depo sampah di Kota Yogya masih dibuka dengan jam operasional secara terbatas karena volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan juga dibatasi. Dok.istimewa.
Hadapi Libur Lebaran, Yogyakarta Antisipasi Sampah Pasca Penutupan TPA Piyungan

Pemerintah Kota Yogyakarta bersiap menghadapi cuti bersama dan libur Lebaran yang jatuh pada tanggal 8 hingga 15 April 2024 mendatang.


Mentan Sebut Anggaran Subsidi Pupuk Naik, SK DIPA Segera Keluar

9 hari lalu

Seorang pekerja mengangkut pupuk urea bersubsidi dari Gudang Lini III Pupuk Kujang di Pasir Hayam, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. (ISTIMEWA)
Mentan Sebut Anggaran Subsidi Pupuk Naik, SK DIPA Segera Keluar

Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan pemerintah telah memutuskan anggaran subsidi pupuk tahun ini naik.


Peneliti Undip dan Warga Kabupaten Grobogran Hasilkan Biogas dari Limbah Tahu dan Ternak

10 hari lalu

Instalasi konversi limbah cair menjadi biogas (Dok. Universitas Diponegoro)
Peneliti Undip dan Warga Kabupaten Grobogran Hasilkan Biogas dari Limbah Tahu dan Ternak

Peneliti Undip dan UKM Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, membuat biogas dari olahan limbah tahu dan ternak sapi. Bisa digunakan untuk kelistrikan.


Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

17 hari lalu

Kawanan monyet ekor panjang yang memasuki kawasan permukiman di Kota Bandung. Cuplikan video netizen
Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan

Pakar ITB menengarai kemunculan monyet ekor panjang di Bandung akibat kerusakan habitat asli. Populasi mamalia itu juga tergerus karena perburuan.


KLHK Sebut 18 Produsen Telah Implementasikan Peta Jalan Pengurangan Sampah

20 hari lalu

Petugas mengoperasikan alat berat untuk menutup permukaan gunungan sampah dengan tanah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu, 27 Januari 2024. Pemerintah setempat menutup sebagian permukaan gunungan sampah dengan tanah di TPA tersebut sebagai upaya mengurangi bau busuk yang menyengat terutama saat musim hujan. ANTARA FOTO/Arnas Padda
KLHK Sebut 18 Produsen Telah Implementasikan Peta Jalan Pengurangan Sampah

KLHK mengklaim implementasi peta jalan pengurangan sampah oleh 18 produsen telah memangkas 72 ribu ton sampah plastik.


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

21 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

24 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi dengan pengunjung di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. ANTARA/Budi Candra Setya
Serba-serbi Monyet Ekor Panjang, Mengapa Bertindak Agresif ke Manusia?

Macaca Fascicularis atau di Indonesia lebih dikenal monyet ekor panjang kerap bertindak agresif pada manusia, apa sebabnya?


Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

25 hari lalu

Monyet ekor panjang (macaca Fascicularis) berinteraksi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Minggu, 18 Februari 2024. Berdasarkan Internasional Union for Conservation Nature (IUCN) Monyet ekor panjang mengalami perubahan status dari rentan (vunerable) menjadi terancam punah (endangered) yang diprediksi populasinya akan menurun hingga 40 persen dalam tiga generasi terakhir atau sekitar 42 tahun akibat habitat yang mulai hilang serta perdagangan ilegal. ANTARA/Budi Candra Setya
Kawanan Monyet Ekor Panjang Masuk Pemukiman Warga Kota Bandung, Pertanda Apa?

Monyet turun gunung, termasuk monyet ekor panjang ini disebut-sebut menjadi pertanda akan terjadi suatu peristiwa, apa itu?


Jokowi Tambah Kuota Pupuk Subsidi Jadi 9,5 Juta Ton, Pupuk Indonesia Pastikan Stok Cukup

26 hari lalu

Jokowi Tambah Kuota Pupuk Subsidi Jadi 9,5 Juta Ton, Pupuk Indonesia Pastikan Stok Cukup

PT Pupuk Indonesia alias PIHC angkat bicara soal penambahan kuota pupuk subsidi pada tahun ini menjadi 9,5 juta ton dari sebelumnya 4,7 juta ton.