TEMPO.CO, Jakarta - Cryptocurrency atau mata uang kripto memainkan peran di kedua sisi dari konflik yang disebabkan invasi Rusia ke Ukraina. Kemampuannya menyeberangi perbatasan antar negara dengan bebas karena tak ada regulasi yang mengaturnya menolong warga Ukraina membawa serta uangnya mengungsi, tapi bisa menyediakan cara pula untuk para elit Rusia untuk menghindarkan negaranya dari sanksi ekonomi yang melumpuhkan dari dunia.
Pemerintah Ukraina, yang sangat membutuhkan sokongan, mencuitkan sebuah seruan untuk donasi bitcoin dan Ethereum segera setelah hari pertama invasi Rusia pada 24 Februari 2022. Per 4 Maret, dompet bitcoin Ukraina telah menerima lebih dari £7,5 juta atau setara Rp 143 miliar, sementara domper Ethereum terisi £3,2 juta atau setara Rp 61 miliar.
Tak seperti sumbangan dana yang dihimpun lembaga donor dan organisasi nonpemerintah, dana dalam mata uang digital ini tersedia bagi pemerintah Ukraina dalam hitungan menit saja. Upaya crowdfunding lain belum pernah ada yang se-sederhana ini.
Layanan dana sumbangan online Patreon memblokir satu akun pengumpul dana untuk Ukraina padahal telah menghimpun lebih dari 14 ribu donor yang menjanjikan lebih dari 300 ribu poundsterling atau Rp 5,7 miliar setiap bulannya karena pengumpul dana terkait dengan persenjataan yang melanggar kebijakan Patreon--beragam level donasi yang menyebut sesuatu seperti 'peluru' dan 'bom'.
Sebaliknya, grup yang mengelola halaman Patreon, Come Back Alive, belakangan menjual sebuah bendera Ukraina sebagai NFT (non-fungible token) seharga hampir £5 juta untuk pengumpulan dana.
Sebelum perang terjadi, Ukraina telah dikenal menjadi negara yang memungkinkan menghimpun dana dengan cara ini. Bulan lalu, parlemennya melegalkan secara resmi mata uang kripto, meski tak sampai mengadopsi tender legal seperti yang dilakukan pemerintah El Salvador.
Dmytro, seorang programmer komputer dari Lviv yang bekerja untuk perusahaan penambangan uang kripto, mengaku berhasil menghindari peperangan berkat bitcoin. Dia bangun pada 24 Februari lalu dengan berita invasi dan mendapati antrean panjang orang-orang yang ingin menarik uang. Transfer bank internasional juga telah dilarang. Dia lalu mentransfer seluruh uangnya ke dalam bitcoin dan mengungsi bersama kekasihnya ke Polandia.
Warga Rusia juga telah mengkonversi uang mereka ke bitcoin seiring nilai Rubel yang anjlok menyusul sanksi negara-negara global membekap perekonomian Rusia karena invasi yang dilakukan. Nilai tukar Rubel terhadap dolar turun 93 persen pada 4 Maret lalu dibandingkan nilainya pada awal tahun ini.
Permintaan untuk bitcoin begitu tinggi hingga mata uang digital ini diperdagangkan di sana pada harga premiun di atas harga global. Penyebabnya, ada lebih banyak orang yang mencari untuk membeli daripada orang yang menjualnya untuk mendapatkan mata uang Rubel.
Ada kekhawatiran kalau para konglomerat Rusia dan mereka yang terkoneksi ke Presiden Rusia Vladimir Putin akan menggunakan taktik sama untuk memindahkan uangnya ke luar Rusia. Namun, George Lopez dari University of Notre Dame di Indiana, AS, mengatakan kalau kalangan oligark Rusia menggunakan sebuah bank Swiss--sebuah opsi penyimpanan favorit sejak lama karena aturan perbankan swasta yang ketat di negaranya.
Perusahaan Rusia juga kini terisolasi dari sistem perbankan global, dan akan kesulitan berurusan dengan warga asing yang menggunakan pembayaran dengan bitcoin. Alasan Lopez, pihak penerima harus mengkonversinya kembali ke mata uang negaranya yang akan memicu investigasi keuangan.
Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde menyerukan Uni Eropa mempercepat legislasi Markets in Crypto-Assets yang didesain untuk mengatur pedagangan dalam cryptocurrency, untuk membantu upaya mencegah dana tunai Rusia menghilang ke dalam bitcoin. Wakil Perdana Menteri Ukraina, Mykhailo Fedorov, juga telah menyerukan kepada pasar atau bursa uang kripto untuk membekukan akun-akun Rusia. “Penting untuk membekukan tidak hanya alamat-alamat terkoneksi ke alamat-alamat politikus Rusia dan Belarusia, tapi juga sabotase pengguna biasa," cuitnya.
NEW SCIENTIST
Baca juga:
Begini Penambang Bitcoin Dunia Terdampak Kerusuhan di Kazakhstan
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.