TEMPO.CO, Jakarta - Kalangan mahasiswa Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) mengaku resah oleh kisruh yang terjadi antara Rektorat dengan para dosennya. Konflik itu mereka nilai bisa merugikan mahasiswa. Sejauh ini mereka kebingungan dengan rencana dosen yang akan mengurangi pertemuan kuliah.
Mahasiswa S2 SBM ITB program ASEAN MBA dual degree, Rizqi Ayunda Pratama mengaku kecewa terhadap konflik internal yang terjadi. “Kami tidak bisa melakukan apa pun terhadap isu ini tapi kami mendapatkan dampak,” ujarnya, Rabu, 9 Maret 2022.
Menurut Vice President Sekretaris Perusahaan dan Perencanaan Strategis PT Industri Telekomunikasi Indonesia atau PT INTI itu, pernyataan Forum Dosen SBM ITB yang menyatakan mogok mengajar telah bereda luas. Rencana itu dinilai akan berdampak ke seluruh mahasiswa termasuk mahasiswa baru. “Posisi ini membuat kami sangat dirugikan,” ujarnya.
Rizqi mulai kuliah sejak Januari 2021 dan mengebut tesisnya sejak November lalu. Bertema tentang e-voting atau pemungutan suara secara elektronik, dia telah mewancarai banyak pihak yang terkait dari Ketua Komisi Pemilihan Umum, pejabat, dan masyarakat. Harapannya dia bisa selesai kuliah dalam waktu 1,5 tahun. “Ketika dengar kabar dosen akan mengurangi kuliah itu saya merasa sangat kecewa dan terdemotivasi,” ujarnya.
Dia meminta pihak yang berkonflik mencapai titik temu lewat diskusi lanjutan. Jika terus mentok, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi menurutnya harus masuk terlibat. “Jangan sampai terjadi perpecahan dan yang dirugikan semuanya,” kata Rizqi.
Di sisi lain, mahasiswa dituntut belajar dan melakukan pembayaran sebelum perkuliahan. Menurut Rizqi tidak sedikit mahasiswa yang membiayai sendiri studinya. Biaya kuliahnya sesuai program yang diambil sekitar Rp 180 juta hingga lulus. “Saya sangat yakin sehingga invest ke pendidikan, jangan sampai yang kita dapatkan tidak baik,” ujarnya.
Sementara seorang mahasiswa S1 SBM ITB Ilham Subandoro mengatakan, konflik di dalam kampus diketahuinya sejak November 2021 kemudian tidak ada kabar lagi hingga Februari lalu. “Dikira mau goal, ternyata sudah mau mogok,” katanya, Rabu, 9 Maret 2022. Sejauh ini mahasiswa tingkat akhir itu belum mengetahui apakah masih bisa dilayani bimbingan atau tidak oleh dosennya.
Sebelumnya diberitakan, Forum Dosen SBM ITB menolak keputusan Rektor yang dinilai mencabut swakelola dan otonomi. Bagi dosen SBM, surat dari rektorat ITB itu artinya membatalkan Peraturan Rektor sebelumnya yang bernomor 016/PER/I1.A/KU/2015. Sesuai pasal 2 ayat 3 pada peraturan itu, SBM ITB bisa mengembangkan sistem manajemen mandiri atau swadana dan swakelola sejak didirikan pada 2003.
Sementara pihak Rektorat berdalih, swakelola dan otonomi di SBM ITB tidak sesuai dengan statuta ITB dalam Peraturan Presiden nomor 65 tahun 2013. Hal itu merujuk hasil audit Badan Pengawas Keuangan pada 31 Desember 2018.
ANWAR SISWADI
Baca juga:
Alasan ITB Cabut Swa Kelola dan Otonomi Sekolah Bisnis Manajemen
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.