TEMPO.CO, Jakarta - Gempa beruntun mengguncang Pulau Siberut pada Senin dini hari, 14 Maret 2022, dirasakan sangat kuat oleh warga. "Gempanya terasa sangat kuat, juga ada gempa susulan yang juga dua kali. Guncangannya keras, kaca jendela bergetar, menunggu pecah saja,” ujar Fachri, Wakil Kepala SMAN 1 Siberut Barat.
Fahri tinggal di Kecamatan Betaet, lokasi yang paling dekat dengan pusat gempa. Menurutnya, menyusul gempa, warga mengungsi ke atas di dua bukit di pinggir desa, yang tidak terlalu jauh.
“Saya dan keluarga, anak istri juga sudah bersiap akan pergi ke bukit, tapi ada kabar lewat telepon gempanya tidak berpotensi tsunami. Jadi kami tidak jadi ke atas bukit,” ujar Fachri. Dia menambahkan, bahwa saat ini warga sudah kembali ke rumah.
Camat Siberut Barat Jop Sirirui, membenarkan bahwa gempa terasa kuat di Betaet. “Warga sempat mengungsi ke atas bukit di belakang kampung. Sekarang sudah kembali ke rumahnya. Tetapi untuk sementara belum ada laporan kerusakan dari warga. Saya akan terus memantau kondisi di Siberut Barat,” ujarnya.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, merevisi kekuatan gempa yang terjadi di Pulau Siberut, Senin dini hari tadi menjadi magnitudo 6,7. Sebelumnya data BMKG menyatakan gempa berkekuatan magnitudo 6,9 terjadi pada Senin, 14 Maret 2022, pukul 04:09:21 WIB.
Menurutnya, gempa yang mengguncang Pulau Siberut Kepulauan Mentawai - Kepulauan Batu dengan magnitudo 6,7 bersumber di Zona Megathrust dan berpotensi destruktif.
“Gempa M6,7 pagi ini terletak di Zona Seismic Gap (zona kekosongan gempa besar ) Kepulauan Mentawai bagian Utara. Gempa besar terakhir berkekuatan M8,5 pada tahun 1797 atau sudah 225 tahun yang lalu. Kita patut mewaspadai gempa ini, apakah sebagai gempa pembuka atau bukan sulit diprediksi,” tulis Daryono lewat media sosialnya.
Menurut Daryono dampak di Siberut Utara dan Kepulauan Batu mencapai skala intensitas V-VI MMI dan berpotensi terjadi kerusakan.
Pada skala VI getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan lari keluar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak, kerusakan ringan.
Skala V, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang-barang terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul lonceng dapat berhenti.
Sedang di Padang, dan Gunungsitoli dirasakan IV MMI. Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.
Di Padang Panjang, Bukittinggi, Pasaman Barat, Tuapejat, Pariaman dirasakan III MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Di Dhamasraya, Payakumbuh, Kerinci, Tapanuli Selatan, Batusangkar, Padang Pariaman, Solok dirasakan II MMI. Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Hasil pemodelan tsunami oleh BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. “Karena kekuatannya belum mampu menciptakan deformasi dasar laut untuk menimbulkan gangguan kolom air laut,” jelas Daryono.
Baca:
Gempa Beruntun Magnitudo 6,9 dan 6,0 Guncang Nias Dini Hari
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.