TEMPO.CO, Batanghari - Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi Resor Batanghari sedang menelusuri jejak kaki harimau di jalan kebun karet di Desa Batin, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Jambi. Hanya jejak dan belum ada yang melihat pemiliknya, tapi itu sudah cukup bagi tim untuk memperingatkan warga setempat agar tidak pergi ke kebun seorang diri.
"Iya, setelah dicek ternyata memang benar ada jejak kaki harimau di jalan kebun karet Nes 6 Desa Batin," kata Kepala Resor BKSDA Batanghari, Sahat Purba, saat diminta keterangannya pada Rabu 24 Maret 2022.
Ketua BPD Desa Batin, Ulul Azmi Azzrie, mengatakan jejak kaki harimau tersebut ditemukan warga setempat yang kemudian melaporkannya ke BKSDA. Jejak ditemukan pada Senin dan tim dari BKSDA Resor Batanghari datang ke lokasi pada Selasa. "Alhamdulillah langsung direspons," katanya yang ikut mendampingi tim BKSDA ke lokasi.
Ulul Azmi memperkirakan si Datuk Belang--sebutan warga setempat untuk Harimau Sumatera--sudah berusia dewasa. Dari beberapa jejaknya, harimau itu diduga melompat ke kebun karet warga. "Kalau sudah mengarah ke kebun tidak bisa terdeteksi lagi karena banyak rerumputan," ujarnya.
Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi menelusuri jejak kaki harimau yang ditemukan di Desa Batin, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi, Selasa 22 Maret 2022. (ANTARA/HO)
Tim BKSDA Jambi mengimbau masyarakat yang beraktivitas di kebun untuk tidak bepergian ke kebun sendirian. "Jika ingin ke kebun minimal dua orang," kata petugas BKSDA Resor Batanghari itu.
Pencarian tanpa Jejak
Penyelidikan serupa juga pernah dilakukan tim BKSDA Bengkulu-Lampung pada bulan lalu. Bedanya, mereka menyelidiki penampakan Harimau Sumatera di jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Lebong dengan Bengkulu Utara berdasarkan bukti penampakan yang berupa foto di kamera ponsel.
Penampakan harimau tersebut berada di kawasan Hutan Lindung Bukit Daun wilayah Bukit Resam, antara Kecamatan Padang Bano, Kabupaten Bengkulu Utara, dengan Kecamatan Tubei, Kabupaten Lebong. Saat itu kendala dihadapi karena kondisi tanah kering bukan becek sehingga tak meninggalkan jejak.
"Hanya di tempat binatang itu lewat dari identifikasi memang ada bekas rumput yang terinjak, tetapi tidak terlihat jejaknya maupun bulu yang ditinggalkan," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Bengkulu-Lampung, Said Jauhari.
Baca juga:
Rektor Reini di DPR: SBM ITB bukan Unit Bisnis!
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.