TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi drone yang dibuat oleh DJI, perusahaan asal Cina, kini tengah menjadi pembahasan hangat menyusul tuduhan Ukraina terhadapnya pada pekan lalu. Menurut Ukraina, DJI telah membiarkan Rusia menarget warga sipil dengan rudal menggunakan teknologi drone-nya tersebut.
"Apakah Anda yakin ingin menjadi mitra dalam pembunuhan ini?" kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Mykhailo Fedorov lewat akun Twitternya, Rabu 23 Maret 2022. Fedorov menyerukan, “Blokir produk Anda yang membantu Rusia membunuh Ukraina!”
Jika membaca pernyataan itu, mungkin terbayang DJI mengirim drone pembunuh ke Rusia. Atau Rusia menggunakan drone DJI sebagai pengintai untuk sistem rudalnya.
Ternyata, bukan itu maksud seruan dari Ukraina. Pembahasan sebenarnya adalah spesifik tentang DJI AeroScope, sebuah sistem untuk menemukan drone dan operatornya. Sistem tersebut diduga digunakan Rusia untuk menemukan pilot drone Ukraina lalu memusnahkannya.
DJI AeroScope awalnya dirancang untuk keselamatan publik. Misalnya, ada drone nakal mendekati landasan pacu bandara yang terlarang, stadion yang penuh dengan orang, lokasi rapat umum politik. Atau, lokasi yang dinyatakan keamanan ring 1. Penegak hukum dapat memperingatkan orang-orang dan menemukan drone itu.
Sebagai bagian dari sistem AeroScope, setiap drone DJI menyiarkan sinyal yang dapat digunakan oleh penerima khusus untuk mengurai posisi drone itu dan posisi pilotnya. Jika polisi perlu memantau aktivitas drone di suatu area dan melacak pilotnya, cukup menanam receiver tersebut dan memantau sinyal.
DJI mengklaim, hanya menjual produk tersebut ke lembaga penegak hukum dan keamanan yang sah. Masalahnya, setelah produk dibeli, siapa yang tahu apa yang terjadi kemudian. DJI tidak bisa mengawasi apa yang mungkin terjadi ketika pembeli yang sah memasangkan dengan baterai peluru kendali di masa perang--seperti yang diduga dilakukan Rusia di Ukraina.
Ukraina, seperti diketahui, mengandalkan drone yang kebanyakan kelas konsumen untuk bertahan melawan invasi mesin perang Rusia. Jika Aeroscope membuat militer Rusia tahu persis di mana pilot pesawat tak berawak Ukraina berdiri, Rusia dapat menggunakan informasi itu untuk serangan udara menarget si pilot.
Sejauh ini belum ada laporan korban serangan seperti itu yang terkonfirmasi. Tetapi, konfirmasi telah datang dari DJI bahwa beberapa sistem penerima sinyal AeroScope di Ukraina tidak berfungsi sebagaimana mestinya, dan Fedorov sekarang meminta DJI untuk memblokir peralatan DJI Rusia.
Sekilas DJI Aeroscope dan cara kerjanya
Ada dua elemen utama pada sistem AeroScope. Pertama, sinyal, yang secara otomatis disiarkan oleh setiap drone DJI. Secara spesifik drone yang dijual sejak 2017. Drone akan memberikan informasi tentang posisi, ketinggian, kecepatan, arah, nomor seri, dan lokasi pilot.
Kedua, penerima yang dapat menangkap sinyal tersebut hingga jarak 50 kilometer (31 mil). DJI menjual dua jenis penerima, unit portabel dan stasioner. Yang pertama untuk jangkauan jarak pendek. Yang kedua bisa menangkap sinyal jarak jauh dan dirancang untuk outdoor berupa antena omnidirectional raksasa.
Unit Portabel DJI Aeroscope. The Verge
Menurut Brandon Lugo, direktur operasi di Aerial Armor, unit yang portabel hanya memiliki jangkauan radius lima kilometer, atau sepersepuluh dari jangkauan unit stasioner. Tapi, jangkauan 50 kilometer unit stasioner itupun hanya untuk situasi lingkungan yang ideal, seperti hari yang sangat cerah.
Harga tampaknya sangat bervariasi: Lugo mengatakan dia melihat Unit Portabel dijual seharga $10.000 (setara Rp 140 juta) dan kit G8 Stationary jarak menengah dijual antara $25.000 dan $150.000. DJI, sementara itu, mengatakan biayanya di bawah $10.000 untuk instalasi penuh.
Beda Aeroscope Rusia dan Ukraina
DJI telah menyatakan bahwa data pengguna drone dienkripsi, dan perangkat keras dekripsi secara teoritis hanya dijual kepada 'orang baik'. “Sejak awal, kami telah menjelaskan kepada semua dealer dan distributor kami bahwa Aeroscope hanya dapat dijual kepada operator, polisi, dan pasukan keamanan yang sah,” kata juru bicara DJI, Adam Lisberg.
Beredar kabar Rusia mempunyai receiver AeroScope versi militer ketiga dengan jangkauan lebih jauh dari milik Ukraina. Namun, Lisberg dari DJI mengatakan belum pernah mendengar versi militer jarak jauh yang dimaksud. Sekalipun isi surat Fedorov juga menguatkan kabar itu.
DJI Aeroscope G16 jarak jauh memiliki empat unit stasioner dan susunan antena silinder raksasa. Dok. DJI
“Tentara Rusia menggunakan versi lanjutan dari DJI Aeroscope yang diambil dari Suriah,” tulis Fedorov. “Jaraknya sampai 50 kilometer.”
Namun yang pasti, baik Ukraina dan Rusia memiliki akses ke receiver AeroScope, termasuk versi stasioner yang jarak jauh.
DJI juga menyangkal bahwa perusahaan membuat beberapa receiver AeroScope Ukraina offline bersamaan dengan invasi Rusia. Opsi yang ada, menurut Lisberg, receiver mati karena listrik atau internet padam. Sebagian dari receiver drone DJI itu sudah dipulihkan kembali.
THE VERGE
Baca juga:
Peneliti Israel Kembangkan Metode Baru Lacak Operator Drone
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.