TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memperingatkan adanya tanda-tanda yang jelas kalau Rusia berniat mengerahkan senjata biologi dan kimia di Ukraina. Dasar yang digunakan Biden adalah termasuk saat Presiden Rusia Vladimir Putin secara serampangan menuding Ukraina sedang mengembangkan persenjataan jenis itu sehingga, menurut Biden, Rusia bisa merealisasikan pengerahan senjata kimianya dan menyalahkan serangan itu kepada Ukraina.
Serangan roket yang menghujani pabrik kimia Sumykhimprom di Sumy, Ukraina, pada Senin 21 Maret 2022, hingga menyebabkan kebocoran gas amonia dan memaksa penduduk di kawasan itu mengunci diri dalam rumah, menunjukkan cara lain Rusia untuk meningkatkan konflik di Ukraina: baik dengan menyebabkan kontaminasi kimia tanpa menggunakan senjata kimia maupun membuat dalih untuk penggunaan senjata kimianya sendiri.
Amonia adalah jenis bahan kimia yang biasa digunakan di industri pupuk. Pabrik Sumykhimprom, yang bediri di atas lahan 226 hektare, memproduksi lebih dari 120 ribu ton pupuk setiap tahunnya. Gas amonia berifat korosif dan bisa membuat iritasi. Pajanan terhadap konsentrasinya yang besar bisa menyebabkan seseorang mengalami kebutaan, kerusakan paru-paru dan bahkan kematian.
Beberapa hari sebelum serangan di Sumykhimprom, Rusia mengklaim kalau Ukraina sedang berencana melepaskan bahan kimia berbahaya dari pabrik itu. Tuduhan disampaikan Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia, Mikhail Mizintsev, melalui Kantor Berita Rusia TASS pada 19 Maret 2022. Dia mengatakan bahwa rencana disiapkan dengan memasang sejumlah ranjau di pabrik sehingga nantinya bisa meledak dan meracuni kota, beserta penghuninya, jika pasukan Rusia memasuki Sumy.
Lubang akibat bom serangan udara Rusia di kota Okhtyrka, di wilayah Sumy, Ukraina 14 Maret 2022. Iryna Rybakova/Press service of the Ukrainian Ground Forces/Handout via REUTERS
Analis pertahanan dari George Mason University di Virginia, Amerika Serikat, Zak Kallenborn, menilai alasan itu tidak bermutu. Menurutnya, amonia bukanlah termasuk agen senjata kimia, amonia tidak terlalu efektif untuk itu dan bombardir oleh Rusia justru menyediakan penjelasan yang berbeda. "Tapi alasan-alasan yang tidak bermutu sepertinya tidak menghentikan niat Rusia tersebut," katanya.
Serangan ke Sumykhimprom malah bisa jadi awal dari kampanye sistemik dari satu bentuk perang senjata kimia. Tentang kekhawatiran ini, Wim Zwijnenburg dari PAX, kelompok yang mendorong pelucutan senjata dan berbasis di Belanda, mengatakan ada sekitar 24 ribu situs yang berpotensi beracun dan berbahaya di Ukraina. "Di Donbas saja ada 4 ribu situs di dalam maupun dekat kawasan permukimannya," kata dia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengunjungi posisi angkatan bersenjata di dekat garis depan dengan separatis yang didukung Rusia selama perjalanan kerjanya di wilayah Donbass, Ukraina 8 April 2021. Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
Beberapa situs adalah bekas lubang tambang-tambang batu bara yang digunakan untuk menyimpan sampah beracun dan radioaktif. Untuk menjaga situs-situs itu tetap aman, air tanah harus dipompa ke luar secara reguler untuk mencegah terjadi banjir. Karenanya, kerusakan pada pambangkit dan jaringan listrik bisa menghentikan sistem pemompaan itu, dan banjir mungkin terjadi.
Menurut Zwijnenburg, selama ini ada garis api di Donbas yang berlaku baik bagi kelompok separatis lokal--yang didukung Rusia--maupun pasukan Ukraina agar mencegah pengeboman ke daerah-daerah yang sangat sensitif dampak lingkungannya. "Entah apakah pasukan Rusia memiliki pandangan yang sama," katanya.
NEW SCIENTIST
Baca juga:
Kebakaran Hutan Menambah Ancaman di Chernobyl Setelah Pendudukan Rusia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.