TEMPO.CO, Jakarta - Dosen dan pranata laboratorium dari PEM AKAMIGAS Cepu, Politeknik Negeri Bali, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Manado, dan Politeknik Negeri Ujung Pandang mendapat penguatan kompetensi di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kelima politeknik negeri itu adalah yang akan menjadi politeknik percontohan untuk pengembangan program D4 spesialisasi energi terbarukan di Indonesia.
Pelatihan diselenggarakan di ASEAN Centre for Hydropower Competence (HYCOM), pusat pelatihan kompetensi yang dikelola PT Entec dan Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Mesin dan Teknik Industri (BBPPMPV BMTI) di Bandung, Jawa Barat. Pelatihan selama dua minggu, dari 21 Maret hingga 2 April 2022, itu terangkai dengan bekal pengetahuan teknis teknologi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), 31 Januari sampai 11 Februari lalu.
Rangkaian pelatihan itu merupakan bagian dari Renewable Energy Skills Development (RESD), proyek kerja sama berjangka lima tahun antara State Secretariat for Economic Affairs, Swiss, dan tiga kementerian RI: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi; dan Kementerian Ketenagakerjaan.
Pelatihan terbaru melibatkan tenaga ahli industri yang mengajarkan tentang teknis desain, perencanaan, pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan dan supervisi PLTA. Peserta juga mendapatkan uji kompetensi operasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan melakukan kunjungan ke lokasi PLTMH di Cikahuripan Kebun Teh Dewata, Bandung. Kunjungan lapangan juga difasilitasi ke dua lokasi industri terkait, yakni CV Protel Multi Energy dan PT Heksa Prakarsa Teknik, juga di Bandung.
Laode Sulaeman, Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Energi dan Sumber Daya Mineral, berharap proyek kerja sama RESD dapat membantu percepatan penambahan kapasitas pembangkit EBT di Tanah Air. "Khususnya mendukung peningkatan kWh per kapita, mendorong tercapainya target bauran energi EBT 23 persen pada 2025, dan menjadi bagian konkret dari langkah-langkah transisi energi menuju net zero emission pada 2060 atau lebih cepat,” tuturnya dalam keterangan tertulis RESD, Kamis 24 Maret 2022.
Saat ini hanya ada dua lembaga pendidikan tinggi di Indonesia yang memiliki program energi terbarukan. Pengembangan program studinya dinilai sangat dibutuhkan jika ingin mencapai target-target transisi energi di Tanah Air seperti yang dipaparkan Laode. Kegiatan pelatihan PLTA merupakan rangkaian dari pengembangan Program D4 Spesialisasi 1 Tahun (Semester 7-8) Energi Terbarukan Bidang Solar, Hydro, dan Hybrid, yang akan diluncurkan September 2022 di lima politeknik negeri tersebut.
"Ditargetkan agar program baru ini menghasilkan 450 lulusan Diploma 4 dengan gelar Sarjana Terapan Teknik Energi Terbarukan, khusus di bidang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA)," kata Beny Bandanadjaja, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, dalam keterangan tertulis yang sama.
Di samping penguatan kompetensi bagi dosen, Beny menambahkan, Pemerintah Swiss dan RI berkomitmen mendukung peralatan laboratorium energi solar dan hidro bagi masing-masing politeknik yang terlibat. "Serta memperkuat kerja sama dengan industri EBT melalui program magang industri,” kata Beny.
Baca juga:
Rentetan Gempa di Kendari, Terkini Sekuat M5,2 Malam Ini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.