TEMPO.CO, Jakarta - Gejala Long Covid bisa berbeda menurut varian SARS-CoV-2 apa yang pernah menginfeksi si pasien pada awalnya. Dugaan ini disodorkan tim peneliti University of Florence, Italia, yang mengkaji data 428 pasien Covid-19 dari Careggi University Hospital--di kota yang sama--antara awal 2020 dan Juni 2021.
Pada pekan keempat hingga 12 pascapulang dari rumah sakit, sebanyak 76 persen eks pasien tersebut melaporkan setidaknya satu gejala yang belum hilang alias Long Covid. Secara keseluruhan, dua macam gejala paling banyak dilaporkan adalah dyspnoea atau sesak nepas (37 persen) dan letih lesu kronis (36 persen). Long Covid insomnia adalah yang terdekat dengan keduanya, dilaporkan 16 persen eks pasien.
Saat dikelompokkan, mereka yang terinfeksi virus pada 2020, ketika varian orisinal SARS-CoV-2 menyebar di dunia, lebih banyak yang mengalami Long Covid anosmia, pendengaran yang terganggu dan sulit menelan. Sedangkan mereka sempat dirawat ketika varian Alpha menjadi dominan antara Januari dan April 2021, lebih banyak Long Covid yang dilaporkan adalah pegal-pegal, insomnia, brain fog dan depresi atau cemas.
Secara keseluruhan, sebanyak 428 peserta studi tersebut terdiri dari pria sebanyak 59 persen dan perempuan 41 persen. Median dari data umur para peserta adalah 64 tahun. Berdasarkan analisis multivariasi didapati pula kalau riwayat pemakaian ventilator (suplai oksigen), penggunaan obat-obatan immunosuppresant dan jenis kelamin perempuan berkorelasi dengan risiko gejala Long Covid yang lebih tinggi.
Banyak bukti dari Cina dan Italia bahwa usai sembuh dari Covid-19, mereka mungkin masih akan menghadapi masalah kesehatan jangka panjang. KREDIT: CHINA CENTRAL TELEVISION
Sebagai kesimpulan, para peneliti menyatakan kalau Long Covid adalah sebuah kondisi heterogen, kompleks, dengan multisistem yang terlibat. "Studi lebih jauh dibutuhkan untuk bisa karakterisasi lebih baik gejala ini, termasuk potensi dampaknya dari setiap variant of concern virus yang menginfeksi dan vaksinasi," kata mereka dalam laporan yang dirilis Kamis, 24 Maret 2022.
NEW SCIENTIST
Baca juga:
Peneliti ITB Membandingkan Sumber Air Tanah di IKN dan Bandung
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.