TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito, memastikan varian Omicron XE belum ditemukan di Indonesia, meski penyebarannya sudah sampai ke Asean. Virus yang merupakan gabungan dari Omicron BA.1 dan Omicron BA.2 ini sudah ditemukan di Thailand.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan Thailand melaporkan kasus pertama Omicron XE pada Sabtu lalu. "Dengan lokasi Thailand yang dekat Indonesia, sepatutnya kita waspada," ujarnya, Rabu, 6 April 2022.
Menurut Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu, saat menghadapi berita varian atau rekombinasi baru, maka tidak perlu panik. Sarannya, ikuti saja perkembangan ilmu yang ada dan berita dari sumber yang benar.
“Di sisi lain, perlu juga diketahui bahwa virus corona secara umum juga dapat saja melakukan rekombinasi dengan virus lain, misalnya virus influenza dan rotavirus. Tetapi, sekali lagi, kalau nanti ini terjadi maka belum tentu punya dampak berarti bagi kesehatan manusia, mungkin hanya fenomena di virus,” ujar Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini.
Ia juga bersyukur bahwa kasus Covid-19 melandai di Indonesia, dan juga di banyak negara di dunia. Di sisi lain, dalam beberapa waktu belakangan ini banyak diberitakan tentang berbagai rekombinasi subvarian dari Omicron serta yang gabungannya dengan varian Delta, yang secara umum dapat juga disebut dalam bentuk “tiga X”.
Yang pertama dan ke dua adalah XD dan XF, yang merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1. Sampai akhir Maret 2022 ada sekitar 49 kasus XD di dunia, sebagian besar di Perancis. Sementara itu, dilaporkan sedikitnya ada 38 kasus XF di Inggris.
Yang sekarang lebih banyak dibicarakan adalah “X” yang ketiga, yaitu XE, yang merupakan gabungan dari varian Omicron BA.1 dan BA.2. Di Inggris subvariant XE ini pertama kali di deteksi pada pertengahan Januari 2022 dan sampai 22 Maret 2022 sudah dideteksi 763 sampel XE di Inggris, selain juga di Tiongkok dan beberapa hari yang lalu di Thailand.
"Karena jumlah kasus masih sedikit maka belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak ke “tiga X” ini, hanya yang XE diperkirakan 10 persen lebih mudah menular. Para pakar dunia masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak “tiga X” ini pada berat ringannya penyakit, atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat dan juga vaksin," ujar Tjandra.
Dia mengatakan bahwa mutasi, varian baru dan rekombinasi dapat saja terjadi pada virus pada umumnya, dan juga pada SARS CoV2 penyebab Covid-19. "Rekombinasi memang dapat saja terjadi, 'not an unusual occurrence', khususnya bila di populasi ada berbagai varian yang beredar. Tetapi, adanya mutasi, varian baru dan atau rekombinasi belum tentu punya dampak pada manusia, sebagian besar malah tidak ada dampaknya dan akan hilang, disebut sebagai 'most die off relatively quickly'," ujarnya.
Kemunculan Omicron XE tak lama setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang hibrida baru. Omicron XE yang merupakan hibrida mutan varian BA.1 dan BA.2, dilaporkan pertama kali oleh Center for Medical Genomics, Rumah Sakit Ramathibodi.
Dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya, Center for Medical Genomics mengatakan rekombinan Omicron XE ditemukan melalui pengurutan genom dari sampel swab yang diambil dari seorang pasien Thailand. Rekombinan Omicron XE bukan varian Deltacron.
WHO memperingatkan pada hari Selasa bahwa XE bisa menjadi jenis virus corona baru yang paling mudah menular. WHO masih menyelidiki tingkat keparahan Omicron XE.
Omicron XE pertama kali terdeteksi di Inggris pada 19 Januari 2022 dan lebih dari 600 urutan dilaporkan dan telah dikonfirmasi sejak itu. Mengutip laporan dari Badan Layanan Kesehatan Inggris (UKHSA), pusat tersebut mengatakan Omicron XE 10 persen lebih mudah menular daripada BA.2 dan 43 persen lebih mudah menular daripada Omicron asli (B.1.1.529). Belum diketahui apakah Omicron XE akan menjadi strain dominan.
Baca:
Omicron BA.2 Telah Menguasai Kasus Covid-19 di Amerika Serikat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.