TEMPO.CO, Jakarta - Otoritas di Ukraina sedang memeriksa keamanan dan tingkat radiasi di kawasan eks PLTN Chernobyl yang telah ditinggalkan pasukan Rusia. Kawasan itu kini sudah beralih dalam penguasaan Garda Nasional Ukraina.
Perusahaan Khusus Negara, Chernobyl NPP, mengungkapnya dalam unggahan di akun Facebook pada Kamis 6 April 2022. "Tugas utama pengawal nasional di Chernobyl adalah memastikan keamanan dan pertahanan fasilitas nuklirnya serta perlindungan fisik bahan nuklir,” bunyi unggahannya.
Tugas utama yang dimaksud adalah memeriksa situs dan infrastruktur transportasi, serta memeriksa tingkat radiasi di tempat dan fasilitas pabrik di mana pasukan Rusia sempat bermarkas. "Pasukan Rusia telah tidak mengikuti aturan keselamatan radiasi untuk situs tersebut."
Berdasarkan rekaman dari drone yang diterbangkan di daerah tersebut, tampak parit telah digali di zona eksklusi selama pasukan Rusia mengendalikan situs tersebut. Pendudukan pasukan Rusia atas reaktor Chernobyl berlangsung dari 24 Februari hingga akhir Maret.
Persiapan juga berlanjut untuk pergantian shift baru di Chernobyl. Sebagian besar pekerja saat ini, termasuk 46 relawan, telah berada di sana sejak 20 Maret. Namun, 13 pekerja telah berada di lokasi sejak 24 Februari.
Penggantian staf hanya akan terjadi setelah dipastikan bahwa kondisi keamanan memungkinkan. Hal ini karena sebagian besar staf tinggal di kota Slavutych, yang berada di luar zona eksklusi, 30 kilometer, yang ditetapkan setelah kecelakaan di reaktor itu pada 1986.
Pada 6 April 2022, Energoatom melaporkan bahwa keempat pembangkit listrik tenaga nuklir negara itu terus beroperasi dalam batas aman, termasuk PLTN Zaporizhzhia-PLTN terbesar di Eropa ini masih berada di bawah kendali pasukan Rusia. Secara keseluruhan, tujuh dari 15 unit reaktor di negara itu beroperasi, dengan sisanya ditutup untuk pemeliharaan rutin atau disimpan sebagai cadangan.
Sedang pada pembaruan sebelumnya, 5 April 2022, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan masih belum menerima transmisi data jarak jauh dari sistem pemantauannya di Chernobyl. Dalam pembaruan 4 April, IAEA telah menyatakan keprihatinannya yang berkelanjutan atas kesejahteraan staf di Zaporozhe dan Chernobyl karena harus bekerja di bawah "kondisi kerja yang sangat menegangkan dan menantang."
Alasan Pasukan Rusia Meninggalkan Chernobyl
Pasukan Rusia telah ditarik dari Chernobyl dan secara resmi menyerahkan kembali kendali atas situs eks PLTN tersebut kepada Ukraina. IAEA dan regulator Ukraina telah memperingatkan selama beberapa minggu sebelumnya bahwa pendudukan militer Rusia telah menurunkan tingkat keamanan dan keselamatan pembangkit nuklir yang dinonaktifkan itu.
Perusahaan energi milik negara di Ukraina, Energoatom, mengatakan bahwa pasukan Rusia telah ditarik dengan tergesa-gesa karena mengalami penyakit radiasi dari menggali parit di tanah yang terkontaminasi. IAEA, dalam konferensi pers pada 1 April lalu, sekembalinya dari perjalanan ke Ukraina dan Rusia untuk berbicara dengan regulator, mengatakan tidak diberi penjelasan mengapa pasukan pergi. Namun dia menggambarkan penarikan itu sebagai "tidak diragukan lagi langkah ke arah yang benar" untuk keselamatan.
Gambar satelit dengan menunjukkan kendaraan militer di samping Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Chernobyl, di Chernobyl, Ukraina, 25 Februari 2022. Listrik tenaga pendingin PLTN Chernobyl terputus dari kekuasaan setelah serangan Rusia. BlackSky/Handout via REUTERS
IAEA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pasukan telah, secara resmi dan tertulis, mengalihkan kendali Chernobyl ke personel Ukraina dan memindahkan beberapa tentara ke Belarusia. Tentara lain juga telah meninggalkan kota Slavutych, tempat banyak ilmuwan dan staf yang bekerja di Chernobyl tinggal.
Situasi di Chernobyl telah tegang sejak hari pertama invasi, ketika pasukan Rusia merebut lokasi tersebut. Pemantau ilmiah mendeteksi peningkatan lokal dalam tingkat radiasi, yang disebabkan oleh tank-tank Rusia yang mengganggu debu yang terkontaminasi. Sejak itu, para ilmuwan yang telah bekerja di lokasi tersebut tidak dapat mengakses laboratorium mereka dan staf di pabrik tersebut ditahan selama beberapa minggu tanpa dapat beristirahat atau melakukan rotasi shift.
WORLD NUCLEAR NEWS, IAEA
Baca juga:
Amerika Diam-diam Uji Rudal Hipersonik tak Lama Setelah Rusia Invasi Ukraina