TEMPO.CO, Jakarta - Menurut dasbor data Covid-19 Johns Hopkins University, lebih dari setengah miliar kasus infeksi Covid-19 telah dilaporkan dari seluruh dunia. Tepatnya, per artikel ini dibuat pada Rabu 13 April 2022 sebanyak 500.945.819 kasus. Sedangkan data WHO sebesar 497.960.492 kasus per Selasa, 12 April 2022.
Para ahli telah memperingatkan bahwa kurangnya infrastruktur tes Covid-19 di dunia berarti jumlah kasus global itu yang jauh lebih tinggi lagi daripada yang telah dilaporkan, terutama di negara-negara yang lebih miskin. Analisis WHO belum lama ini, misalnya, memperkirakan data kasus Covid-19 yang sebenarnya di Afrika mencapai 100 kali lipat daripada yang dilaporkan secara resmi.
Dan, kejadian-kejadian kasus yang tak terdata diyakini akan menjadi lebih umum seiring negara-negara di dunia telah ramai mengendurkan kapasitas tes Covid-19.
Menurut Johns Hopkins University, jumlah kasus baru Covid-19 global telah menurun dalam beberapa pekan ini, dengan rata-rata penambahan kasus baru harian yang 41 persen lebih rendah daripada dua pekan lalu. Pengurangan pemeriksaan dan kasus-kasus yang tidak dilaporkan mungkin berkontribusi kepada penurunan itu.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga memperingatkan, "Kita masih dalam fase akut dari pandemi," sejalan dengan keberadaan varian Omicron yang lebih menular dan sub variannya yang masih menyebar ke seluruh dunia.
Korea Selatan sumbang kasus baru terbesar
Berdasarkan jumlah kasusnya yang dilaporkan secara resmi, berikut ini data lima negara penyumbang Covid-19 terbesar sepanjang sebulan terakhir,
1. Korea Selatan
kasus positif | kematian: 8.201.369 | 8.982
2. Jerman
kasus positif | kematian: 5.284.133 | 6.232
3. Vietnam
kasus positif | kematian: 3.720.046 | 1.313
4. Prancis
kasus positif | kematian: 3.518.383 | 3.195
5. Italia
kasus positif | kematian: 1.915.490 | 3.855
Perkembangan lain Covid-19
Dalam perkembangan lainnya, sebuah analisis yang dilakukan terhadap gerakan vaksinasi booster di Israel mengungkap kalau pemilihan waktu pemberian vaksin sangat penting untuk mencegah ledakan kasus infeksi baru Covid-19. Ini terutama ketika pertumbuhan kasus harian terjadi secara eksponensial.
Tim peneliti dari Technion-Israel Institute of Technology di Haifa juga menemukan vaksinasi terhadap kelompok usia yang lebih muda , yang berisiko lebih kecil untuk menderita gejala infeksi yang berat, adalah kunci mencegah penularan.
"Jika saja tidak memulai vaksinasi booster, pemerintah pasti akan perlu memberlakukan intervensi non-medis untuk mencegah gelombang baru epidemi yangn destruktif," bunyi analisis itu dalam laporannya yang dipublikasikan Jurnal Science Translational Medicine, 12 April 2022.
Baca juga:
9 Pertanyaan Soal Kelangkaan Minyak Bunga Matahari dan Minyak Goreng di Dunia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.