TEMPO.CO, Jakarta - Badai Megi menghantam pantai timur dan selatan Filipina dan menewaskan sejumlah orang. Badai tropis itu mendarat dengan kecepatan angin hingga 65 kilometer per jam dan embusan hingga 80 kilometer per jam pada Ahad, 11 April 2022.
Di Provinsi Leyte, Filipina terdapat 22 mayat tertimbun di bawah longsoran. Selanjutnya, banyak penduduk setempat yang masih hilang dan dalam proses pencarian.
Badai yang terjadi sekitar 20 kali per tahun di Filipina itu pertama kali melanda di tahun 2022. Di Filipina, badai ini disebut dengan Topan Super Juan. Sementara Megi dalam bahasa Korea artinya ikan lele. Badai Megi terkuat yaitu terjadi pada 2010.
Melansir dari Journal American Meteorology Society, badai Megi pada tahun 2010 terjadi setelah melintasi Pulau Luzon di Filipina Utara dan memasuki Laut Cina Selatan. Kemudian, Badai Megi mendarat di atas Pulau Luzon. Ketika Megi bergerak melintasi Pulau Luzon, timbul hujan yang sangat kuat disertai angin yang kencang. Badai Megi terjadi di lautan dan membentuk spiral bulat yang menyerupai mata.
Badai kuat yang menghantam Filipina pada tahun 2010 itu menimbulkan hujan deras di beberapa negara di Asia. Saat itu, Megi terkemas dengan tiupan angin berkecepatan 225 kilometer perjam dan hembusan mencapai 260 kilometer perjam saat melintasi daratan di Palanan Bay Povinsi Isabela.
Akibat Badai Megi ini, puluhan pohon tumbang, tiang kabel dan Internet di berbagai daerah mengalami kerusakan. Tidak hanya itu, badai Megi mampu mengempaskan gedung-gedung sekolah, gereja, bahkan aula besar.
RISMA DAMAYANTI
Baca: 25 Tewas Akibat Badai Megi di Filipina
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.