TEMPO.CO, Jakarta - Moskva, satu di antara kapal perang paling penting dalam armada Angkatan Laut Rusia, dilaporkan tenggelam di Laut Hitam pada Kamis 14 April 2022. Kapal perang jenis penjelajah (cruiser) ini tenggelam saat sedang ditarik ke pelabuhan terdekat, Sevastopol, setelah sehari sebelumnya mengalami kebakaran hebat. Sebelum media Rusia mengumumkan kebakaran itu dan adanya evakuasi kru kapal, militer Ukraina mengklaim telah menghantamkan rudal antikapal Neptunus ke Moskva.
Media Rusia menyatakan tenggelamnya Moskva setelah kru kapal perang besar itu memerangi kebakaran dan kerusakan yang ditimbulkannya selama lebih dari satu hari. Pada Minggu, 17 April 2022, Kementerian Pertahanan Rusia mengunggah di media sosial sebuah video upacara mengenang Moskva, menunjukkan sebanyak 240 orang yang selamat, atau sekitar separuh dari jumlah kru yang biasa ada di kapal perang penjelajah itu.
Baca juga:
Banyak pertanyaan mengenai peristiwa yang sebenarnya terjadi, sementara banyak informasi yang beredar berisi kontradiksi satu sama lain. Sebagai contoh, apa yang memicu api dan ledakan, kenapa Moskva tak mampu mendeteksi rudal yang datang, bagaimana mungkin hanya dua rudal antikapal bisa menyebabkan kapal penjelajah berbobot 12 ribu ton itu tenggelam, dan bagaimana rudal Neptunus itu ditembakkan.
Kebakaran karena ledakan amunisi atau serangan Neptunus?
Rusia mengklaim ledakan amunisi menyebabkan kebakaran, sementara kubu Ukraina mengatakan telah menembak Moskva dengan dua rudal antikapal Neptunus. Rusia belum sekalipun menanggapi adanya serangan rudal itu yang menjadikan Moskva kapal perang terbesar korban perang pascaPerang Dunia II. Sebaliknya Moskow terus dengan klaimnya bahwa Moskva terbakar karena ledakan dari dalam kapal itu sendiri lalu tenggelam di tengah badai saat kapal sedang ditarik.
Jika pernyataan Ukraina tentang kapal Moskva terbakar dan tenggelam karena rudal mereka, maka ini akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu serangan angkatan laut profil tertinggi abad ini. REUTERS
Pernyataan dan klaim Rusia itu tidak konsisten. Alasannya, saat kapal perang besar seperti Moskva sedang berlayar, sangat janggal terjadi kebakaran muatan amunisi yang lalu membuat seluruh badan kapal dilumat api. Lebih jauh, tidak ada cuaca buruk di Laut Hitam ketika Moskva sedang ditarik seperti kronologi yang dinyatakan media Rusia. Tinggi gelombang saat itu dilaporkan hanya sekitar satu meter dan kecepatan angin sekitar 14 knot, yang mengindikasikan gangguan kondisi laut dan cuaca yang ringan saja.
Laporan kebakaran di Moskva oleh media pemerintah Rusia datang hanya beberapa jam setelah adanya klaim dari militer Ukraina kalau kapal itu telah dihancurkan dengan rudal antikapal. Laporan berbeda versi Rusia dan urutan waktunya memperkuat pandangan bahwa klaim dari Ukraina akurat.
Tapi, mempercayai serangan yang dilancarkan menggunakan rudal Neptunus adalah hal yang lain lagi. Penyebabnya, berdasarkan pengumuman oleh Kementerian Pertahanan Ukraina pada Desember 2021 lalu, pengiriman rudal-rudal itu dijadwalkan baru dilakukan April 2022. Sementara perang pecah mulai Februari, sehingga ragu untuk meyakini Ukraina telah memiliki rudal antikapal Neptunus dalam persenjataannya melawan invasi Rusia ini.
Dua rudal jelajah anti-kapal Neptune R-360 berhasil menenggelamkan kapal perang Rusia Moskva di Laut Hitam. Rudal buatan Ukraina ini memiliki jangkauan tembak maksimum 280 kilometer, yang dapat diluncurkan dari darat maupun tepi pantai. President.gov.ua
Operasi kapal-kapal perang Rusia di Laut Hitam dekat wilayah perairan Ukraina juga mempertebal keraguan pengiriman rudal bisa dilakukan di masa awal perang itu terjadi. Banyak pula yang meyakini kalau Ukraina memiliki rudal-rudal itu di garis pantainya, negara itu sejatinya bisa menciptakan sebuah zona A2/AD (anti-access/area denial) yang membuat angkatan perang Rusia berpikir ulang beberapa kali sebelum mendekat ke perairan Ukraina.
Tapi, fakta bahwa rudal-rudal Neptunus tidak digunakan sepanjang 45 hari pertama pertama perang Rusia-Ukraina memperkuat pendapat yang mengatakan rudal disiapkan untuk mendapatkan kemampuan operasional awal, dan bahwa serangan awal ke armada Laut Hitam dilakukan untuk mengambil keuntungan dari efek kejut.
Drone TB2 alihkan perhatian Moskva, rudal Neptunus menyerang