TEMPO Interaktif, Albuquerque: Hari Kasih Sayang sudah dekat. Berbatang-batang cokelat pun mulai disiapkan. Tapi tahukah Anda asal-muasal pemanfaatan cokelat yang aslinya pahit itu sebagai cemilan ataupun minuman?
Patricia Crown dari University of New Mexico dan Jeffrey Hurst dari Hershey Center for Health and Nutrition melaporkan temuannya berupa theobromine, indikator biji cokelat, yang mengendap dalam pecahan gerabah berusia sekitar 1.000 tahun. Pecahan gerabah itu digali dari Pueblo Besar (disebut Pueblo Bonito) di Chaco Canyon--sekarang perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko. Temuan itu telah dimuat dalam Proceedings of the National Academy of Science edisi pekan ini.
Para ilmuwan selama ini mengenal bahwa awal pemanfaatan cokelat berasal dari Mesoamerika, sebuah kawasan yang terbentang dari Meksiko tengah sampai Honduras dan Nikaragua. Di sana mereka menemukan bukti adanya praktek-praktek ritual yang melibatkan cairan minuman dari biji cokelat sejak 1500 Sebelum Masehi. Masalahnya, sumber perkebunan cokelat kuno di kawasan itu atau yang terdekat dengan situs Chaco berjarak 2.000 kilometer. Itu sebabnya Crown dan Hurst belum yakin terhadap kegunaan cokelat di Chaco.
Temuan terbaru sebatas mengindikasikan bahwa perdagangan sudah terjadi antara pemukim di Chaco Canyon dan penanam cokelat di Amerika Tengah. Lintas perdagangan yang cukup jauh juga mengindikasikan bahwa cokelat saat itu adalah barang eksklusif. "Cokelat mungkin adalah sesuatu yang tidak sering dikonsumsi," kata Crown.
Rasa cokelat pada masa itu boleh jadi lebih pahit jika dibandingkan dengan cokelat hari ini. Yang jelas, Masyarakat di Amerika Tengah tidak pernah menambah gula ke dalam ramuan cokelatnya. Kadang malah dicampur dengan lada pedas. "Madu mungkin sudah ada di Meksiko, tapi saya tidak yakin apakah sudah digunakan (sebagai campuran)," tuturnya.
Crown dan Hurst mulai berduet setelah berdiskusi tentang gerabah silinder yang disebut-sebut digunakan oleh suku Indian Maya untuk meminum cokelat. Crown memiliki pecahannya. Ia lalu menguji dan mendapati residu theobromine di sana. "Ini mengilustrasi kan pentingnya koleksi dalam dunia arkeologi," ujar Crown. "Bahwa kita bisa kembali kepadanya dengan teknik yang baru dan mendapati hal-hal yang baru." Crown juga menegaskan bahwa setiap artefak memiliki legendanya sendiri-sendiri.
WURAGIL | AP | LIVESCIENCE