Akibat kepentingan yang berbenturan antara Soemarwoto dengan kekuasaan, ia kemudian mendapat julukan tokoh pewayangan, Bratasena. Meskipun demikian, Emil salim, Menteri lingkungan hidup, belajar darinya.
Upaya yang dilakukan oleh Soemarwoto ini adalah sesuatu yang berevolusi. Semua akan membuahkan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitar. Karena hanya dalam lingkungan hidup yang baik, manusia bisa berkarya dengan optimal.
Ketertarikan Soemarwoto pada ekologi, khususnya ekologi lingkungan, membuatnya mendirikan Lembaga Ekologi Unpad pada 23 September 1972, ketika ia pindah dari Bogor ke Bandung pada 1972 dan ditawari menjadi guru besar Tata Guna Biologi Universitas Padjadjaran. Lembaga ini menjadi Lembaga pertama yang fokus pada isu lingkungan dan didirikan oleh institusi Pendidikan tinggi di Indonesia.
Seiring dengan perkembangan zaman, Lembaga ini berganti nama menjadi Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Soemarwoto kembali ditunjuk menjadi Kepala dan bekerja disana selama 20 tahun. Melalui Lembaga ini, muncul pendekatan multidisiplin berbasis ilmu lingkungan hidup yang terus dikembangkan. Diantaranya adalah mata kuliah komunikasi lingkungan, psikologi, dan aspek ilmu lainnya.
Beragam seminar nasional tentang lingkungan hidup dan pembangunan nasional. Bahkan, hasil dari seminar ini digunakan sebagai bahan bagi delegasi Indonesia ke UN Conference the Human Environment di Stockholm, Swedia, Juni 1972. Hasil konferensi ini kemudian menjadi bahan bagi pertemuan PBB selanjutnya di Unpad, Bandung, pada tahun 1992. Dan 15 tahun setelahnya, materi ini juga menjadi dasar dalam pembahasan UN Conference on Climate Change di Bali.
Pada tahun 1978, Soemarwoto juga diminta membantu membahas drat RUU Lingkungan Hidup dan pembahasan tentang analisis dampak lingkungan hidup, misalnya ketika pemerintah ingin membangun pabrik bubur kayu di Kawasan Toba, Sumatera Utara.
Pada 2006, Soemarwoto diminta membantu Sultan Hamengkubuwono X Menyusun rencana pembangunan yang berwawasan lingkungan di Yogyakarta. Juga pernah diminta menjadi Ketua Panitia Nasional Kalpataru oleh Soeharto melalui Emil Salim. Ingat Hari Bumi, ingat bapak Ekologi Indonesia.
NAUFAL RIDHWAN ALY