TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, memberi sejumlah catatan atas hasil survei antibodi Covid-19 dalam masyarakat Jawa-Bali yang terbaru. Hasil survei yang diumumkan beberapa hari lalu itu menyebut proporsi 99,2 persen masyarakat sudah memiliki antibodi terhadap infeksi SAR-CoV-2, meningkat dari 93,0 persen hasil survei pada Desember 2021.
Tjandra menyebut Jawa-Bali sebagai wilayah asal dan tujuan mudik yang dominan dan angka proporsi 99,2 persen itu memberi kelegaan. "Kita tentu berharap agar dengan angka yang sudah hampir 100 persen ini maka situasi Covid-19 dapat terus terkendali baik," katanya dalam keterangan tertulis yang dibagikan, Sabtu 23 April 2022.
Meski begitu dia memberikan catatan bahwa survei baru menggambarkan situasi di 21 kabupaten/kota yang diteliti. Tjandra mengusulkan dilakukan survei lain yang menggambarkan situasi Indonesia pada umumnya. "Atau setidaknya di sebagian besar dari 500-an kabupaten/kota di negara kita," katanya.
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan ini juga membandingkan standar Level of Detection antar survei yang dilakukan di Indonesia dan Inggris. Di negara di Eropa itu, survei menggunakan batas 179 ng/ml untuk dinyatakan sebagai positif memiliki antibodi. Itu, kata Tjandra, disebutkan setara dengan nilai 100 BAU/ml standar unit WHO.
"Sedangkan survei kita di Indonesia menuliskan Level of detection (LOD): 0,40 U/mL, usulan saya adalah bahwa dalam hal ini akan baik kalau dijelaskan," katanya sambil menambahkan kalau dirinya tak tahu arti batas LOD yang tertulis itu dan bagaimana membandingkannya dengan yang digunakan WHO.
Baca Juga:
Tjandra yang kini juga menjadi Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI itu menjelaskan bahwa batas 179 ng/ml di Inggris berarti positif memberi proteksi 67 persen lebih rendah risiko mendapat infeksi Covid-19 varian Delta, sesudah seseorang mendapat dua kali vaksinasi dengan Pfizer atau AstraZeneca. Pembandingnya adalah mereka yang belum divaksin atau belum pernah sakit.
Bagaimana interpretasi dari data hasil survei antibodi yang didapat dari 21 kabupaten/kota di Jawa-Bali? Ini yang dipertanyakan Tjandra. "Apakah ada angka secara kuantitatif berapa persentase turunnya risiko seperti di Inggris itu?" katanya.
Yang juga diharapkannya ada penjelasan adalah bagaimana penurunan risiko itu oleh jenis-jenis vaksin yang digunakan di Indonesia. "Ini karena di Inggris menyebutkan dampak dua jenis vaksin mereka, dan kita menggunakan beberapa jenis vaksin."
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu, mengumumkan hasil penelitian antibodi tubuh terhadap virus Covid-19 (sero survei) pada Maret lalu. Survei dilakukan di 21 kabupaten/kota yang terdapat di 7 Provinsi di Pulau Jawa-Bali. Sampel yang diambil sebanyak 100 orang per wilayah, total ada 2.100 sampel.
Hasil survei tersebut menunjukkan antibodi Covid-19 masyarakat Jawa-Bali meningkat menjadi 99,2 persen dari survei sebelumnya sebesar 93,0 persen pada Desember 2021. "Ditemukan dua faktor penyebab peningkatan antibodi ini, yakni karena peningkatan vaksinasi dan akibat infeksi alami yang sangat tinggi, khususnya dari varian Omicron," ujar Maxi dalam konferensi pers daring, Rabu 20 April 2022.
Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, menambahkan bahwa survei dilakukan sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan menjelang Lebaran. "Sekarang sudah diambil kebijakan boleh mudik, karena antibodi masyarakat sudah cukup tinggi. Jadi kebijakan itu ada basis data ilmiahnya," ujar Pandu yang menjadi bagian tim peneliti survei antibodi tersebut.
Baca juga:
Covid-19 Dunia Tembus Setengah Miliar Kasus, Begini Peringatan WHO
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.