TEMPO.CO, Jakarta - Baskoro Tedjo adalah seorang arsitek tersohor lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan segudang karya baik di Indonesia maupun mancanegara. Dia juga telah menulis beberapa buku desain dengan judul-judul ternama yang banyak menjadi inspirasi dari para arsitek di Indonesia.
Baskoro Tedjo lahir di Semarang pada tahun 1956 dari ayah seorang jurnalis. Dia menceritakan bagaimana pada masa mudanya pernah berkecimpung di dunia seni dengan pentas drama dan bernyanyi. Setelah lulus dari ITB pada tahun 1982, Baskoro meneruskan karier dengan menjadi pengajar di institusi yang sama.
Baskoro kemudian melanjutkan pendidikan di The City University of New York di bidang Environment and Behaviour. Berbeda dengan pendekatan luas yang dia pelajari kala berkuliah S1 di ITB, studinya kali ini mengajarkan pendekatan yang spesifik dalam melakukan suatu proses desain.
“Kuliah saya di S2 ini mengajarkan cara mendesain dengan fokus pada kaca mata perilaku manusia dan lingkungannya,” ucap Baskoro seperti dikutip di laman resmi ITB pada Rabu, 27 April 2022.
Setelah meraih gelar Master of Science dan kembali ke tanah air, Baskoro diangkat sebagai dosen di Program Studi Arsitektur ITB. Pada 1994, dia dan Sunaryo, seorang pelukis dan pematung tersohor di Indonesia, bekerja sama untuk mendesain Selasar Sunaryo Art Space (SSAS). Proyek yang selesai dibangun pada tahun 1998 ini berhasil meraih penghargaan IAI Awards 2002.
“Proyek saya yang pertama kali, Selasar Sunaryo mengubah jalan karier saya,” katanya.
Baskoro kembali mengejar pendidikan di Department of Architecture, Osaka Univsersity Jepang. “Saya belajar dari banyak arsitek hebat tentang desain ‘compact-living’ dan gaya arsitektural Jepang.”
Setelah lulus pada tahun 1999, dia lantas memutuskan untuk bergabung di beberapa asosiasi arsitek seperti Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan Arsitek Muda Indonesia (AMI). Dia juga mendirikan sebuah firma desain yang dinamakan Baskoro Tedjo & Associates.
Sekarang, dia banyak membawa karyanya mengikuti pameran-pameran hingga ke mancanegara, salah satunya adalah di Hague, Belanda, pada 23 April 1999. Melalui firma yang dibuatnya, Baskoro juga banyak mengikuti sayembara desain bangunan. Tak lama setelah itu, dia berhasil memenangkan sayembara desain Perpustakaan Bung Karno. “Kedua proyek inilah yang membuat nama saya lantas dikenal di dunia perarsitekturan di Indonesia,” ucap Baskoro.
Akibat namanya yang sedang naik daun, Baskoro Tedjo & Associates banyak mendapatkan permintaan desain. Menggunakan gaya compact-living atau rumah minimalis yang dia dapatkan kala berkuliah di Jepang, desain rumah yang dia rancang berhasil meraih perhatian nasional. Banyak dari karyanya yang berhasil menjadi sorotan di majalah-majalah arsitektur dan menciptakan tren tersendiri.
Baskoro dan firma kembali memenangkan banyak sayembara bergengsi, seperti Stasiun Monorail Jakarta, Campus Center ITB, Kalla Tower di Makasar, Rumah WWF di Jakarta, dan yang terakhir Indonesian Cultural Center di Dilli, Timor Leste. Buku pertama beliau “Baskoro Tedjo – Extending Sensibilities Through Design” yang berisi koleksi karyanya sejak tahun diluncurkan pada tahun 2012. Dia juga meluncurkan buku keduanya “Baskoro Tedjo – Berbagi” yang berisi kumpulan karya dan cerita perjalanannya sejak tahun 2012.
Baca juga: Benda Cagar Budaya, Batu Penggiling Tebu di Makam Pangeran Jayakarta
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.