Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Keracunan Salmonella dari Cokelat Kinder, WHO: Sudah 150 Kasus di 11 Negara

image-gnews
Salmonella
Salmonella
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak lebih dari 150 kasus keracunan bakteri Salmonella (S.) Typhimurium dari cokelat merek Kinder telah dilaporkan di dunia hingga Rabu, 25 April 2022. Laporan datang dari negara asal produksi penganan anak itu, yakni Belgia, sampai Amerika Serikat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap data itu berselang sebulan dari temuan pertama di Inggris. Temuan itu memicu penarikan global produk makanan yang di antaranya berbentuk serupa telur dan dijual bersama mainan di dalamnya tersebut. 

Korban dari kandungan bakteri tersebut tentu saja anak-anak. Terbanyak berada di bawah usia 10 tahun, yakni sebesar 89 persen. Sejauh ini diketahui sembilan pasien atau kasus di antaranya harus dirawat di rumah sakit. Tidak ada korban jiwa.

"Risiko penyebaran di wilayah Eropa dan global tengah dinilai sampai tersedia informasi tentang penarikan penuh produk tersebut," kata WHO.

Sumber di tangki buttermilk

Penelusuran genom dari kasus keracunan yang terjadi mengarah kembali ke Belgia sebagai sumbernya. Lokasi tepatnya adalah tangki buttermilk di pabrik yang dijalankan oleh pembuat cokelat Ferrero di Kota Arlon. Kesamaan genetik berdasarkan temuan pada Desember dan Januari lalu. 

Menurut WHO, setidaknya 113 negara di Eropa dan juga global telah menerima produk Kinder dari pabrik itu selama periode risiko. Diberitakan kalau pabrik telah diperintahkan untuk tutup sementara sejak awal April ini.

Kasus ini memicu kehawatiran karena salmonella saat ini berkembang resisten terhadap enam jenis antibiotik. Salmonellosis, nama penyakitnya, adalah satu dari empat penyebab terbesar dari kasus diare di dunia.

Gejala salmonellosis relatif ringan dan dalam banyak kasus pasien akan sembuh tanpa pengobatan khusus. Meski begitu risikonya lebih tinggi untuk beberapa anak dan pasien lanjut usia di mana dehidrasi bisa terjadi parah dan mengancam jiwa.

WHO mencatat hingga 25 April 2022, telah dilaporkan 151 kasus S. Typhimurium dalam konsumsi produk cokelat ini yang telah dilaporkan dari 11 negara. Masing-masing adalah Belgia (26), Prancis (25), Jerman (10), Irlandia (15), Luksemburg (1 kasus), Belanda (2), Norwegia (1 kasus), Spanyol (1 kasus), Swedia (4), Inggris Raya (65) dan Amerika Serikat Amerika (1 kasus).

BPOM akan menghentikan sementara peredaran Kinder Joy di Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gejala infeksinya

Salmonellosis memang ditandai dengan diare dan kadang disertai muntah, selain juga demam akut, sakit perut, dan mual. Gejala biasanya dimulai antara 6 hingga 72 jam setelah konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, dan bertahan selama dua hingga tujuh hari.

Bakteri Salmonella banyak ditemukan pada hewan peliharaan dan hewan liar, seperti unggas, babi, dan sapi. WHO mencatat bahwa Salmonella dapat melewati seluruh rantai makanan mulai dari pakan ternak, produksi primer, dan sampai ke rumah tangga atau perusahaan dan lembaga layanan makanan.

Pada manusia, salmonella umumnya masuk ke tubuh setelah makan makanan yang terkontaminasi asal hewan terutama telur, daging, unggas, dan susu.

Ada sekitar 2.500 galur bakteri Salmonella, tapi sebagian besar yang ditemukan menginfeksi manusia datang dari dua serotipe: Typhimurium dan Enteritidis. Tipe pertama yang diketahui berkembang resisten antibiotik. 

NEWS.UN

Baca juga:
Hepatitis Anak Misterius Telah Menyebar ke Banyak Negara


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

13 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

17 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Macam Penyakit yang Rawan Menyerang Anak di Masa Mudik Lebaran

17 hari lalu

Ilustrasi mudik bersama anak dengan sepeda motor. ANTARA
Macam Penyakit yang Rawan Menyerang Anak di Masa Mudik Lebaran

Dokter mengatakan anak berisiko diare selama mudik Lebaran akibat pola makan yang tidak teratur. Penyakit apa lagi yang juga mengintai?


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

18 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

19 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?


Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

19 hari lalu

Chocolate Hills, Carmen, Bohol, Filipina. Unsplash.com/Brett Andrei Martin
Menjelajah Chocolate Hills, Perbukitan yang Bikin Tercengang di Filipina

Chocolate Hills merupakan bukit-bukit landari yang bergerombol di pulau Bohol, Filipina


Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

21 hari lalu

Warga Palestina memeriksa kerusakan di Rumah Sakit Al Shifa setelah pasukan Israel mundur dari Rumah Sakit dan daerah sekitarnya setelah operasi dua minggu, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Kota Gaza 1 April 2024. REUTERS/Dawoud Abu Alkas
Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza


Mengapa Paskah Identik dengan Telur dan Kelinci?

24 hari lalu

Hiasan telur Paskah yang dilukis dengan gaya seni tradisional naif menghiasi kawasan di Koprivnica, Kroasia, 27 Maret 2024. REUTERS/Antonio Bronic
Mengapa Paskah Identik dengan Telur dan Kelinci?

Ucapan Paskah ramai bertengger di berbagai kanal media sosial. Sebenarnya dari mana asalnya, mengapa telur dan kelinci identik dengan paskah?


Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

28 hari lalu

Penting untuk menjaga kesehatan selama musim hujan agar terhindar dari berbagai jenis penyakit. Ini tips menjaga kesehatan di musim hujan. Foto: Canva
Waspada 9 Penyakit ini Sering Muncul Saat Musim Hujan

Musim hujan membawa risiko peningkatan penyebaran berbagai penyakit berikut ini.


Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

36 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.