Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Aktivitas Anak Krakatau Menurun dan Arus Mudik Aman, Ini Dasarnya

image-gnews
Foto udara Gunung Anak Krakatau, di perairan Selat Sunda, Kamis 28 April 2022. Aktivitas gunung api itu dilaporkan menurun kembali setelah sempat meningkat hingga ditetapkan status Siaga. (Antara/HO-BNPB)
Foto udara Gunung Anak Krakatau, di perairan Selat Sunda, Kamis 28 April 2022. Aktivitas gunung api itu dilaporkan menurun kembali setelah sempat meningkat hingga ditetapkan status Siaga. (Antara/HO-BNPB)
Iklan

TEMPO.CO, Bandung - Bertepatan dengan memasuki masa cuti bersama Lebaran, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengabarkan kalau aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menurun. Dasarnya adalah aktivitas kegempaan, deformasi maupun emisi gas.

“Sudah menurun sejak tanggal 28. Visual sudah kelihatan menurun cuma tinggal asap putih tipis,” kata Kepala PVMBG, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Hendra Gunawan, saat dihubungi pada Jumat, 29 April 2022.

Penurunan aktivitas kegempaan, misalnya, terlihat pada data tremor yang menurun. Sedangkan deformasi relatif kembali datar. Hendra membandingkan saat aktivitas gunung api itu terpantau sangat aktif hingga memicu kenaikan status menjadi Siaga di mana deformasi terukur naik 5 mikro radian.

Hasil pantauan juga menunjukkan emisi gas SO2 relatif menurun dibandingkan pemantauan pada Senin, 25 April 2022. Pada hari itu emisi terukur sempat menembus 14 ribu ton  per hari. “Tiga hari yang lalu 5 ribu ton per hari. Sekarang mungkin kurang dari itu, tapi belum dicek,” kata Hendra.

Adapun pengamatan visual dengan inspeksi langsung ke pulau gunung api dilakukan pada Kamis. Pemeriksaan tersebut mendapati asap putih dengan tinggi sekitar 25 meter dari lubang kawah tempat pusat aktivitas erupsi gunung tersebut. “Pendek dan tipis-tipis asapnya,” kata dia.

Meski begitu, Hendra menambahkan, status Gunung Anak Krakatau masih dipertahankan berada di Level 3 atau Siaga. Evaluasi disebutnya dilakukan dengan memperkuat peralatan dan pemantauan yang dilakukan bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). 

Koordinasi yang tengah dimatangkan dengan BMKG adalah juga untuk kepentingan peringatan dini bahaya sekunder erupsi Gunung Anak Krakatau, yakni tsunami. Hendra mengungkapkan kalau BMKG saat ini tengah memasang peralatan pencatat perubahan muka air laut.  

Peralatan itu bisa memberikan peringatan dini apabila erupsi Gunung Anak Krakatau yang dipantau PVMBG bisa sampai menyebabkan tsunami di pesisir. Bencana ini seperti yang terjadi pada 2018 lalu. “Nanti akan mencocokkan dengan data mereka (BMKG). Maka itu ada prosedur operasional standar,” kata Hendra. 

Potensi tsunami menurun

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut potensi tsunami dari erupsi Gunung Anak Krakatau menurun seiring dengan aktivitas vulkaniknya yang juga berkurang itu. Dia telah menyampaikan ini dalam konferensi pers 'Kesiapsiagaan Menuju Mudik Aman dan Mudik Sehat' pada Kamis. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari hasil pantauan udara pula, dia menambahkan, lokasi penyeberangan Merak - Bakauheni cukup jauh dari sumber erupsi, serta terhalang oleh beberapa pulau. Dwikorita menyatakan, penyeberangan yang sedang ramai oleh arus mudik Lebaran itu relatif aman dari bahaya tsunami, terlebih setelah potensi erupsi melemah.

"Jadi sumber pembangkit-nya sudah lemah, sehingga dapat kami tentukan Insya Allah aman untuk penyeberangan," ujar dia seperti dikutip dari Antara.

Dwikorita mengingatkan fluktuasi erupsi Gunung Anak Krakatau. "Kami akan segera memberikan update perkembangan apabila ada (gejala) yang membahayakan," ucap Dwikorita.

 

Baca juga:
Gunung Anak Krakatau Siaga, PVMBG: Daerah Bahaya Jauh dari Jalur Mudik

 
 
 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Kembali Erupsi Tengah Malam

2 jam lalu

CCTV saat Gunung Anak Krakatau erupsi, Senin, 26 November 2023. (ANTARA/HO-PVMBG)
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda Kembali Erupsi Tengah Malam

Sepanjang Selasa, tercatat ada sedikitnya tiga kali letusan Gunung Anak Krakatau pada pukul 03.56, 04.38, dan 12.56 WIB.


Yogyakarta Berpotensi Hujan Disertai Petir hingga Akhir Pekan, Ini Sebaran Areanya

8 jam lalu

Suasana pasar Beringharjo Yogyakarta yang tutup di masa PPKM Darurat. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Berpotensi Hujan Disertai Petir hingga Akhir Pekan, Ini Sebaran Areanya

Wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta sebaiknya memperhatikan kondisi cuaca dan mempersiapkan diri untuk menghadapinya.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Prakiraan Cuaca BMKG, 3 Korban Erupsi Gunung Marapi Teridentifikasi

8 jam lalu

Ilustrasi cuaca mendung berpotensi turun hujan. Kredit: ANTARA
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Prakiraan Cuaca BMKG, 3 Korban Erupsi Gunung Marapi Teridentifikasi

Topik tentang prakiraan cuaca BMKG untuk Selasa dengan hujan ringan hingga lebat mendominasi menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.


Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Morotai, Diikuti Satu Gempa Susulan

9 jam lalu

Ilustrasi gempa bumi
Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Morotai, Diikuti Satu Gempa Susulan

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Laut Filipina.


Gempa Darat Magnitudo 3,5 Guncang Bandung Selatan

10 jam lalu

Seismograf gempa bumi. ANTARA/Shutterstock/pri
Gempa Darat Magnitudo 3,5 Guncang Bandung Selatan

Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis dangkal akibat aktivitas sesar lokal setempat.


Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Ringan hingga Lebat Mendominasi, Siaga Empat Provinsi

22 jam lalu

Ilustrasi cuaca mendung berpotensi turun hujan. Kredit: ANTARA
Prakiraan Cuaca BMKG: Hujan Ringan hingga Lebat Mendominasi, Siaga Empat Provinsi

Sumatra, Jawa dan Kalimantan secara umum hujan ringan.


Prediksi Cuaca BMKG: Peringatan Jabodetabek Hujan hingga Malam Ini

23 jam lalu

Suasana hujan yang mengguyur kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa, 11 Januari 2022. Badan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG memprediksi curah hujan tahun ini sedikit lebih rendah dibandingkan 2021 lalu. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Prediksi Cuaca BMKG: Peringatan Jabodetabek Hujan hingga Malam Ini

BMKG memprediksikan hujan mengguyur Jabodetabek pada siang hingga malam hari ini. Simak detailnya berikut ini.


Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Malam Ini

1 hari lalu

CCTV saat lontaran abu keluar dari gunung anak Krakatau pada Jumat malam,  12 Mei 2023. (ANTARA/HO)
Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi Malam Ini

Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi pada Senin, 4 Desember 2023 pukul 22.57 WIB. Terpantau kolom abu hitam dengan intensitas tebal.


Peringatan Dini Cuaca: Hujan Mungkin Meluas di Jabodetabek Sore Ini

1 hari lalu

Ilustrasi naik sepeda motor di saat hujan. (Yamaha)
Peringatan Dini Cuaca: Hujan Mungkin Meluas di Jabodetabek Sore Ini

Potensi hujan sedang-lebat disertai petir dan angin kencang meluas di Jabodetabek sore ini.


35 Persen Wilayah Jawa Barat Ternyata Masih Musim Kemarau

1 hari lalu

Kondisi tanah pada sawah di kawasan Majalengka, Jawa Barat, Senin, 20 November 2023. Kesulitan air di daerah tersebut mulai dirasakan sejak Juni 2023 hingga saat ini. Akibat musim kemarau, petani mengaliri sawah menggunakan pompa dari sumur yang airnya terbatas. TEMPO/ Febri Angga Palguna
35 Persen Wilayah Jawa Barat Ternyata Masih Musim Kemarau

Hingga awal Desember 2023 sekitar 35 persen wilayah Jawa Barat ternyata masih mengalami musim kemarau.