Penemuan fosil baru ini menguak tabir tentang gaya hidup paus purba ketika mereka melakukan transisi dari darat ke laut pada masa Eosene Epoch, antara 54,8 juta dan 33,7 juta tahun lalu. Spesies Maiacetus inuus ini adalah anggota keluarga Archaeoceti, kelompok cetacean, nenek moyang paus baleen modern.
Paus kelompok Archaeocete mempunyai mulut yang penuh dengan beberapa tipe gigi, begitu pula lubang hidung yang terletak dekat ujung hidung. Kedua karakteristik ini terdapat pada mamalia darat, tapi tak lagi ditemukan pada paus yang hidup sekarang.
Philip Gingerich, paleontologis penemu fosil itu di Pakistan, menyatakan ukuran dan proporsi Maiacetus amat berbeda dengan basilosaurid seperti Dorudon atrox, tetapi lebih mirip dengan kerangka Rodhocetus balochistanensis.
Maiacetus masih memiliki banyak karakteristik nenek moyangnya yang hidup di darat, semisal gigi di bagian pipi yang berfungsi untuk memotong dan permukaan geraham atas yang bergelombang, sebuah formula yang amat mirip dengan ciri mamalia berkuku belah primitif.
Tulang ekor Maiacetus menandakan mamalia ini tidak memiliki sirip ekor yang terbelah dua seperti cetacean modern, kata Mark D. Uhen, paleontologis dari University of Alabama. "Jadi, binatang ini berenang dengan cara mengayuhkan kakinya seperti anjing di dalam air."
Namun kaki Maiacetus tidak memanjang seperti kaki Rodhocetus balochistanensis," kata Gingerich. "Ini mengindikasikan bahwa Maiacetus mungkin kurang terspesialisasi sebagai perenang dengan mengayuhkan kakinya."
Sama seperti paus kelompok archaeocete lainnya, Maiacetus memang dilengkapi empat kaki yang dimodifikasi untuk mengayuh ketika berenang. Meski kaki paus purba yang mirip sirip itu terlihat cukup kuat untuk menyokong beban tubuhnya, kemungkinan mereka tak berjalan terlalu jauh dari pantai. "Mereka amat terikat dengan pantai," kata Gingerich. "Mereka hidup di kawasan perbatasan darat dan laut dan bolak-balik di antara laut dan pantai."
Kesimpulan itu diambil Gingerich setelah mempelajari fosil Maiacetus jantan, yang sebagian besar kerangkanya lengkap. Cuma beberapa tulang di bagian ujung ekor yang hilang dan sejumlah tulang dari ujung jari juga tak ditemukan. "Analisis kami menunjukkan bahwa kaki binatang ini berselaput," katanya.
Fosil paus purba jantan ini juga memperlihatkan sexual dimorphism, perbedaan ukuran dan penampilan antara binatang jantan dan betina. Tulang paus jantan 12 persen lebih panjang daripada Maiacetus betina. Gigi taring fosil ini juga 20 persen lebih panjang daripada betinanya. "Dimorfisme seksual yang tak terlalu menonjol ini menunjukkan bahwa hampir tak ada persaingan di antara paus purba jantan dalam mencari pasangan," kata Gingerich.
Dari penemuan itu, Gingerich dan timnya memperkirakan lingkungan tempat tinggal Maiacetus saat itu terletak di sepanjang pantai yang mempunyai banyak ruang untuk berkembang biak. Makanan yang tersedia di lepas pantai juga berlimpah dan menandakan bahwa populasi itu dapat menjelajah daripada bersaing untuk mencari sarang dan sumber makanan.
Erich Fitzgerald, paleontologis vertebrata di Smithsonian Institution di Washington, D.C. menilai Maiacetus adalah contoh seekor paus purba dengan spesialisasi akuatik yang fantastis. "Sebuah eksperimen awal dalam evolusi," ujarnya. "Spesies ini amat berbeda dari paus dan lumba-lumba sekarang, tapi juga amat berbeda dari nenek moyang cetacean lainnya."
TJANDRA | SCIENCENEWS | PLOSONE