TEMPO.CO, Jakarta - Mita Saputri, mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sempat ragu melanjutkan pendidikan tinggi. Kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan. Ayah Mita, Turmudi adalah seorang buruh tani di Kebumen dan ibunya, Siti Fatimah merupakan seorang penjahit. Orang tuanya tak yakin untuk bisa menyekolahkan Mita ke jenjang perguruan tinggi. Namun, Mita mencoba meyakinkan orang tuanya.
“Awalnya orang tua shock akan keinginan saya itu. Karena hanya seorang buruh dan penjahit, tentu bagi mereka berat untuk menyekolahkan anaknya di jenjang kuliah. Biaya kuliah, biaya pendidikan, buku, dan juga living cost tentu sangat mahal untuk orang kecil seperti kami," ungkap Mita seperti dikutip di laman resmi UNY pada Jumat, 6 Mei 2022.
Dengan semangatnya, Mita akhirnya berjuang untuk bisa mendapat beasiswa. Guru Mita di SMAN 1 Rowokele Rumiyani memberi informasi berharga tentang beasiswa bidikmisi. Perjuangan Mita menembus perguruan tinggi juga tidak mudah. Warga Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen tersebut lulus SMA pada tahun 2017 namun karena kendala ekonomi baru mendaftar perguruan tinggi tahun 2018.
Lulusan yang masuk the best five paralel jurusan IPA di SMAN 1 Rowokele itu mengisi waktunya dengan membantu berjualan di kantin SMP Negeri 1 Ayah dari pukul 06.00 WIB hingga 14.00 WIB. Di sela-sela membantu berjualan, pada waktu senggang Mita belajar soal-soal SBMPTN. “Setiap membantu berjualan, saya membawa ransel besar berisi dua buku King SBMPTN” katanya.
Ikhtiar belajar SBMPTN diimbangi dengan berdoa, sholat Tahajud dan Dhuha setiap ada waktu senggang di kantin. Usahanya membuahkan hasil, tahun 2018 Mita berhasil lolos jalur SBMPTN di UNY pada prodi impiannya, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni. Sebagai pelamar beasiswa bidikmisi, Mita shock saat namanya tidak tercantum dalam penerima beasiswa pada Oktober 2018 karena ada pengurangan kuota bidikmisi disebabkan bencana gempa Palu. Namun akhirnya Mita lolos bidikmisi setelah ada pengumuman tambahan pada Januari 2019.
Selama kuliah, Mita aktif mengikuti berbagai kegiatan, seperti Panitia Bulan Bahasa, PKKMB, hingga menjadi top 5 Duta Kampus UNY 2019. Mita juga aktif sebagai tentor privat untuk pembelajaran Calistung TK, dan mata pelajaran Bahasa Indonesia bagi SMP dan SMA. “Hal itu saya lakukan setelah selesai kuliah dan pada hari libur untuk menambah uang saku sekaligus meningkatkan keterampilan mengajar saya” paparnya. Mita bahkan sempat bekerja di salah satu toko parfum untuk menambah uang sakunya.
Gadis kelahiran 1999 itu lulus dengan predikat Cumlaude dengan IPK 3,68 dengan masa studi hanya 3 tahun 4 bulan dan diwisuda pada Februari 2022. Mita kemudian melanjutkan pendidikan magister di UNY pada program Intake yang memulai kuliah pada Februari 2022. Jurusan yang diambilnya linear dengan S1-nya yaitu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Mita mengaku sebelum studi lanjut S2 sempat tertarik dengan salah satu beasiswa yaitu LPDP. Tetapi karena pelaksanaan tes LPDP yang lama mengurungkan niat untuk mendaftarnya. Mita memilih untuk menjadi Student Employee sebagai Staff Tata Usaha FBS UNY sekaligus menjadi tentor Calistung dan mata pelajaran Bahasa Indonesia yang digelutinya sejak kuliah S1.
Mita juga memiliki usaha kecil-kecilan berjualan jilbab, baju, dan juga mukena. “Saya masih belum cakap dan telaten dalam menjalani bisnis, tetapi saya akan berusaha semaksimal yang saya mampu” katanya.
Mita berpesan bagi para calon mahasiswa yang bernasib sepertinya agar tidak takut bermimpi untuk bisa sekolah tinggi. "Selama niat kita baik tidak mungkin akan dipersulit. Dan yang paling penting adalah memperbesar aksi dan memperkecil gengsi," ujarnya.
Baca juga: IPB University Kerja Sama dengan LPDP Rekrut SDM
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.