TEMPO.CO, Jakarta - Tersisa hanya 10 vaquita di dunia, tapi sebuah analisis genetik menduga jenis porpoise (satu ordo dengan lumba-lumba, namun berbeda keluarga) ini tidak perlu terjerumus ke kepunahan--sepanjang mereka tak terus menerus menjadi korban terjerat jala nelayan. Hasil analisi dpublikasi dalam jurnal Science, 5 Mei 2022.
Sebagai mamalia laut terkecil di planet ini, porpoise vaquita rentan terjebak dalam jaring yang digunakan dalam penangkapan ikan ilegal di Teluk Meksiko, di mana hewan ini hidup. Mirip lumba-lumba tapi hanya sepanjang sekitar 1,5 meter ini--lumba-lumba bisa berukuran panjang lebih dari tiga meter--belum dikenal dalam sains hingga akhir 1950-an. Sejak itu, mereka telah menjadi satu di antara hewan paling terancam di dunia.
Para ahli biologi laut memperkirakan bahkan pada kondisinya yang paling berlimpah, vaquita tidak pernah sampai ke angka beberapa ribu individu. Pada 1990-an, hanya ada beberapa ratus populasinya. Kecilnya ukuran populasi yang terjadi secara alami telah mengurangi keragaman genetik hewan ini, yang dikawatirkan para peneliti dapat membimbing kepada keturunan yang tidak se-sehat induknya.
"Tertanam dalam pikiran orang-orang kalau keragaman genetik rendah adalah hal yang buruk," kata Jacqueline Robinson dari University of California, San Francisco. “Tapi studi kami menunjukkan kalau keyataannya perbedaannya lebih halus daripada itu."
Untuk mencari tahu apakah beberapa vaquita yang tersisa dapat membangun populasinya kembali, Robinson dan koleganya menganalisis genom 20 vaquita. Sampel genom terutama dikumpulkan dari hewan yang sudah mati antara 1985 dan 2017. Karena dari sudut pandang evolusioner sampel-sampel dikumpulkan berdekatan, Robinson mengatakan, mereka kemungkinan 'memiliki kemiripan yang ekstrem' dengan vaquita yang masih bertahan saat ini.
Para penelitinya itu kemudian menggunakan sebuah pemodelan komputer untuk mensimulasi populasi vaquita masa depan dalam beberapa skenario. Mereka menemukan, ketika kematian vaquita berkurang 80 persen, lebih dari separuh populasi dalam simulasi tetap akan punah. Tapi, ketika kematian oleh tangkapan bisa dihentikan sepenuhnya, lebih dari 90 persen dari populasi dalam simulasi akan mampu pulih kembali.
"Saya terkejut dan senang bahwa pemodelan menunjukkan kalau vaquita memiliki kapasitas yang baik untuk rebound jika mereka cukup terlindungi," kata Robinson. Genetikawan ini menambahkan, “Saya tidak berharap (hasilnya) se-optimistis itu."
Sementara hasil pemodelan menemukan konsekuensi moderat dari perkembangbiakan, Robinson mengatakan, "mereka sangat moderat dan memiliki dampak yang jauh lebih kecil dibandingkan fakor-faktor lain, seperti tekanan dari keberadaan jaring penangkapan ikan."
Alejandro Olivera dari Center for Biological Diversity di Meksiko setuju kalau hasil pemodelan itu adalah berita yang menggembirakan. Dia mengatakan, hasil studi Robinson dkk memberi bukti kalau ukuran kecil populasi vaquita bukanlah vonis mati untuk spesies itu. Sebaliknya, Olivera mengatakan, hasil studi dapat mendorong proteksi yang lebih ketat untuk jenis mamalia laut ini. "Ini adalah bukti ilmiah, ini tidak bisa disangkal."
Hasil studi itu memberikan Robinson harapan akan kelestarian hewan dengan moncong lebih bulat dan sifat lebih pemalu daripada lumba-lumba itu, tapi tidak tanpa penundaan. "Ada sebuah kesempatan kalau vaquita bisa bertahan," katanya. "tapi ini semua bergantung kepada keputusan dan aksi manusia."
Prediksi vaquita punah pada 2022 ini
Dalam sebuah survei pada 2016 lalu diketahui populasi vaquita hanya terdiri dari 60 individu--drop sebesar 92 persen dari survei sebelumnya pada 1997. Pada saat itu juga diperkirakan vaquita sudah akan punah paling cepat pada 2022, jika otoritas di Meksiko tak berbuat lebih untuk upaya konservasi.
Memiliki sedikit saja predator alami, vaquita mendapat ancaman terbesarnya dari terjerat dalam jaring yang suka dipakai nelayan setempat untuk menangkap ikan totoaba. Ini adalah jenis ikan yang sama terancam populasinya.
Vaquita yang juga kerap disebut lumba-lumba kecil dari Teluk Meksiko. (naturalhistorymag.com)
Pemerintah Meksiko telah membuat regulasi yang lebih ketat untuk menjaga perairan habitat vaquita bebas dari jaring nelayan. Tapi, survei yang dilakukan tim peneliti internasional mengungkap kalau regulasi belum mampu menghentikan penurunan populasi vaquita.
Barbara Taylor dari Southwest Fisheries Science Center di La Jolla, California, adalah ketua tim bersama dari survei itu bersama Lorenzo Rojas-Bracho dati National Institute of Ecology di Mexico City. Taylor terinspirasi menyelamatkan vaquita setelah kegagalan perjalanan 2006 untuk mempelajari lumba-lumba Sungai Yangtze, Cina, yakni baiji.
Taylor mendapati baiji sudah punah. "Itu benar-benar menggugah saya dan Lorenzo untuk menggelar survei yang lain dan melakukan apa yang tidak kami lakukan untuk baiji," katanya saat itu. Menyusul kepunahan baiji, vaquita menjadi mamalia laut paling terancam di dunia saat ini.
NEW SCIENTIST, SCIENCE
Baca juga:
Mamalia Laut Terancam Punah: Ada Sampah Popok di Perut Pesut Mahakam
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.