Pengamat situs media sosial Enda Nasution melihat tak ada peristiwa khusus yang memicu lonjakan tersebut. "Cuma, memang, fitur-fitur yang ada mulai dimanfaatkan orang," katanya.
Situs pertemanan yang awalnya terbatas untuk kalangan mahasiswa Universitas Harvard, Amerika Serikat, ini memang ibarat toko serba ada, yang menawarkan hampir semua jasa yang disediakan berbagai situs. Pengakses situs ini bisa menjalin pertemanan, bergabung ke grup atau komunitas sosial, mengirim surat elektronik, chatting, bermain online game, serta mengunggah video dan foto.
Menurut Enda, fitur pengunggah fotolah yang paling besar memancing pemakai baru. Facebook tak sekadar menyediakan jasa mengunggah foto, tapi juga menawarkan fitur tag atau menandai orang-orang yang ada di foto itu.
Baca Juga:
Orang yang ditandai akan dikirimi pemberitahuan bahwa ada yang memuat fotonya di Facebook. Bahkan mereka yang belum punya account di situs ini pun bisa dikirimi pemberitahuan lewat surat elektronik. "Ini yang membuat orang penasaran, lalu akhirnya bergabung ke Facebook," Enda menjelaskan.
Kebanyakan, tutur Enda, foto yang dimuat di situs ini adalah foto-foto lama. Lewat foto lama inilah banyak dari para pengguna Facebook bisa berkomunikasi lagi dengan kenalan lama yang sudah bertahun-tahun kehilangan kontak.
Salah satu yang merasakan manfaat ini adalah Dewi Yanthi. Ia dan Kurnia Effendi menggagas reuni penulis cerpen di Anita Cemerlang, majalah yang sudah berhenti terbit sejak 2001.
Bermodal sepuluh nama, Dewi memburu penulis cerpen lewat promosi dari mulut ke mulut, Friendster, dan Facebook. Dalam waktu dua pekan ia berhasil menemukan lebih dari 100 orang yang pernah menulis cerpen untuk Anita Cemerlang. "Paling banyak ketemu kontaknya dari Facebook," ujarnya. "Kalau di Friendster, nggak terlalu banyak."
Dewi juga memakai fitur undangan acara untuk berbagi perkembangan terakhir soal reuni tersebut. Seperti fitur lainnya, undangan ini juga bisa dikomentari dan isinya penuh dengan sumbang ide dari mereka yang tertarik hadir ke reuni ini. "Saya senang karena penulis yang ada di luar kota sudah memesan tiket pesawat untuk datang ke acara reuni," katanya.
Fitur foto jugalah yang membuat Hendra Susila memantengi Facebook sepanjang hari. "Saya cek Facebook hampir setiap ada waktu luang di kantor dan di rumah," ujar manajer di sebuah perusahaan telekomunikasi ini.
Malah Hendra mengatur agar setiap perubahan terbaru dikirimkan ke BlackBerry-nya. "Seneng aja kalau ternyata ada tag foto baru, atau temen baru yang minta ditambahkan ke daftar teman saya," katanya.
Hendra merasa hidupnya banyak berubah lantaran Facebook. Biasanya, sesampai di kantor, ia mengecek surat elektronik dan mengisi waktu luangnya dengan membaca buku, sekarang ia lebih sibuk mengurusi Facebook. Bahkan, setiap berkumpul, menelepon, atau berkorespondensi dengan teman, pasti ada saja hal-hal di Facebook yang menjadi bahan obrolan.
Di kantornya, Hendra tak sendirian. Hampir semua karyawan keranjingan Facebook. Akibatnya, bandwidth Internet kantor tersedot untuk Facebook. Belakangan, Facebook paling banyak diakses melebihi urusan yang berhubungan dengan pekerjaan. Akhirnya akses ke Facebook diblokir.
Toh, langkah itu tak menyurutkan Hendra dan teman-temannya mengakrabi Facebook. Mereka beralih mengakses Facebook lewat BlackBerry atau lewat peranti lunak Opera Mini yang dipasang di ponsel, yang bisa mengakses Internet.
Meski sejumlah kantor di Jakarta kini mulai memblokir Facebook, para penggemarnya tetap sulit dibendung. Apalagi salah satu daya tariknya adalah menjadi media berinteraksi dengan orang-orang dekat yang tak bisa dilakoni karena sempitnya waktu luang. "Facebook bisa memenuhi kebutuhan untuk berjejaring tanpa perlu bertatap muka dalam waktu yang singkat," kata Eileen Rahman, psikolog sekaligus konsultan sumber daya manusia.
Yang jelas, popularitas Facebook kemudian tak hanya dimanfaatkan dalam urusan jaringan sosial. Risa Amrikasari, misalnya, memanfaatkan fitur iklan di Facebook untuk mempromosikan buku antologi cerpen Good Lawyer, yang ditulis keroyokan oleh beberapa blogger, termasuk pembuat kisah Catatan Si Boy, Zara Zettira Z.R.
Risa membuat satu halaman khusus soal buku ini dan menulis catatan-catatan terkait dengan buku yang akan diterbitkannya itu. Karena para penulisnya juga memiliki account di Facebook, mereka yang tertarik pada buku itu bisa langsung berinteraksi dengan para penulis.
Belum lagi diluncurkan, sekitar 500 pemakai Facebook sudah menyatakan diri menjadi penggemar buku ini. Bahkan beberapa dari mereka sudah menyatakan siap hadir dalam acara peluncurannya.
"Awalnya hanya coba-coba, tapi hasilnya sangat beyond expectation," ujar Risa. "Makanya saya sekarang meninggalkan situs-situs networking yang lain dan mulai konsentrasi di Facebook saja."
OKTAMANDJAYA WIGUNA