TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah memutuskan untuk melonggarkan kebijakan pemakaian masker. Presiden Jokowi mengatakan, jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau area terbuka, yang tidak padat orang, maka diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker.
Namun, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman, meminta penggunaan masker tetap diperlukan. Bukan hanya keadaan masih berstatus pandemi, juga adanya penyakit lain yang tengah berkembang yang diduga ditularkan melalui udara, seperti hepatitis akut.
“Dalam konteks pandemi ini kita akan mengalami potensi dampak-dampak langsung atau tidak langsung dari pandemi itu sendiri, antara lain penyakit yang bisa ditularkan melalui udara, seperti salah satu hipotesa dikaitkan dengan hepatitis akut,” jelas Dicky lewan pesan suara, Rabu, 18 Mei 2022.
Data per tanggal 14 Mei 2022 memang menyatakan adanya pasien meninggal yang diduga dari hepatitis akut. “Sebanyak tujuh dari 18 pasien diduga hepatitis akut dinyatakan meninggal, namun saat ini masih belum dipastikan apakah meninggal karena penyakit hepatitis akut atau ada faktor lainnya,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan sekaligus Direktur Utama RS Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Syahril, dalam keterangannya, Sabtu lalu.
Dicky juga mengingatkan penyakit lainnya yang ditularkan melalui udara. “Ada juga campak, TB, flu dan lainnya. Ini tentu butuh pola hidup bersih sehat, perilaku lebih adaptif dalam pascapandemi. Juga upaya kita untuk meminimalisir beragam penyakit yang ditularkan melalui udara. Tentu akan sangat membutuhkan kebiasaan memakai masker,” kata Dicky.
Ia juga mengingatkan tentang pentingnya dosis ketiga dan membandingkan dengan negara tetangga, Australia. “Ada pelonggaran tidak memakai masker di luar ruangan, itu juga karena cakupan dosis tiga vaksinasinya sudah di atas 70 persen, di Indonesia belum,” kata Dicky. “Apakah cakupan dosis tiga sudah di atas 50 persen?”
Dicky juga menyatakan konteks outdoor tidak menjamin aman. Outdoor mesti disertai sirkulasi udara di tempat itu bagus. “Ada outdoor yang anginnya kurang. Ini yang berbahaya. Artinya tidak serta merta di outdoor tidak memakai masker,” jelasnya.
Kemudian, ia juga membuka kemungkinan tentang lokasi indoor, tapi orang-orangnya sudah divaksin penuh. “Artinya, harus disampaikan kepada publik, bahwa pemerintah punya acuan, silakan. Harus memberikan informasi memadai pada publik sehingga publik bisa menilai sendiri. Ini saya dalam situasi yang aman nggak tidak pakai masker?” tanyanya.
Pernyataan Presidan Jokowi diharapkan diterjemahkan lebih detail dan jelas oleh pejabat-pejabat di bawahnya. Ia mengharapkan para menteri, dirjen atau kepala dinas harus memberikan penjelasan dan menyatakan bahwa betul ada kelompok yang rawan tetap memakai masker.
Dicky juga membuka kemungkinan adanya warga yang sudah booster tetap bisa terinfeksi. Warga tersebut bisa juga menularkan walau tidak bergejala parah. Misalnya jika warga terinfeksi tanpa disadari karena tidak melakukan tes, kemudian dia membawa infeksi virus ini pada teman dekatnya, dan itu bisa membawa kefatalan.
Ia berharap pemerintah lebih bijak dan tidak terburu-buru. “Kan kita ada masa transisi yang disampaikan enam bulan itu. Saya memprediksi akhir tahun ini kita sudah dalam situasi yang jauh lebih baik dan aman,” kata Dicky.
Baca:
Jokowi Izinkan Lepas Masker, Satgas Covid-19 Yogya Tetapkan Batas
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.