Dalam studinya, tim peneliti itu melibatkan 50 keluarga setempat yang memiliki latar belakang sosial berbeda-beda. Mereka membuat film berdurasi 90 menit yang merekam aktivitas keseharian setiap anak dalam keluarga-keluarga itu dan saling membandingkan karir para orang tuanya.
Hasil studi, yang dimuat dalam jurnal Science terbaru, mengungkap kalau perbedaan dalam bahasa tubuh yang digunakan anak bisa dilacak ke perbedaan gerak-gerik orang tuanya. Terutama perbedaan status sosial ekonomi, psikolog Meredith Rowe, menyatakan ada bukti jelas sekali yang mempengaruhi tahap awal dalam pembelajaran bahasa.
“Seorang anak 14 bulan yang berasal dari keluarga berpendidikan dan penghasilan tinggi menggunakan gerak tubuhnya untuk menyampaikan rata-rata 24 pesan yang berbeda,” ujar Rowe. Anak berusia sama dari keluarga yang penghasilannya lebih rendah hanya menyampaikan 13 gerak-gerik penuh makna.
Studi menemukan, perbedaan itu terus berlanjut ke dalam kemampuan kosakata si anak ketika menginjak bangku sekolah. “Kosakata adalah prediktor kunci dari keberhasilan studi di sekolah dan menjadi alasan utama kenapa anak-anak dari keluarga yang miskin berisiko gagal lebih besar daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih beruntung,” kata peneliti lainnya, Susan Goldin-Meadow.
(AFP)