Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

WHO Kumpulkan Peneliti dan Pakar di Dunia Bahas Cacar Monyet

image-gnews
Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Konsultasi penelitian global yang diselenggarakan Cetak Biru Litbang Badan Kesehatan Dunia atau WHO mengumpulkan lebih dari 500 ahli dan lebih dari 2000 peserta untuk membahas kesenjangan pengetahuan dan prioritas penelitian untuk cacar monyet. Wabah penyakit itu ditemukan tengah menyebar di negara-negara endemik dan non-endemik.

Para peneliti dan pakar dari seluruh dunia bertemu secara virtual selama dua hari untuk meninjau bukti yang tersedia tentang epidemiologi virus penyakit tersebut. Mereka memperhatikan antara lain dinamika transmisinya, karakteristik klinis, dan tindakan pencegahan untuk mengelola penyakit, termasuk perawatan klinis, perawatan dan vaksin.

Mereka juga bersepakat bahwa tindakan pencegahan yang efektif harus tersedia berdasarkan di mana kebutuhannya yang paling besar. Peningkatan pengendalian cacar monyet di negara-negara endemik sangat penting untuk mengatasi peningkatan kejadian penyakit, dan untuk mengendalikan impor dan wabah di tempat lain.

Para peserta sepakat bahwa penguatan kolaborasi di antara para peneliti di negara-negara endemik, yang memiliki banyak pengalaman dan data tentang penyakit ini—bersama dengan para peneliti dari negara lain—akan memastikan pengetahuan berkembang lebih cepat. Para ahli menggarisbawahi perlunya studi yang dipercepat untuk lebih memahami epidemiologi penyakit, konsekuensi klinisnya, dan peran berbagai cara penularan.

Selain itu, kebutuhan penelitian berikut disorot: pendekatan One Health yang komprehensif untuk memahami penularan dari hewan ke manusia dan reservoir hewan; pengembangan dan evaluasi alat diagnostik yang lebih baik yang tersedia di seluruh dunia; pendekatan yang lebih baik untuk berkomunikasi dan melibatkan masyarakat di daerah yang terkena dampak; studi untuk mengoptimalkan perawatan klinis suportif; dokumentasi praktik pengendalian dan perawatan terbaik; dan komunikasi data dan bukti ilmiah yang cepat dan transparan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para ahli juga menekankan perlunya studi klinis vaksin dan terapi untuk mendokumentasikan kemanjurannya dengan lebih baik dan memahami bagaimana menggunakannya dalam wabah ini dan di masa depan. Mereka meminta melaksanakan kegiatan kesehatan masyarakat tanpa penundaan—seperti mengkomunikasikan informasi pencegahan, meningkatkan pengawasan penyakit, pelacakan kontak, isolasi kasus, dan perawatan optimal orang dengan virus—harus digunakan untuk membatasi penyebaran dan membantu orang yang terkena dampak, di mana pun mereka berada.

Konsultasi penelitian global merupakan bagian dari serangkaian kegiatan WHO dalam menanggapi wabah penyakit di multi-negara. Hal ini merupakan strategi global dan rencana kesiapsiagaan yang memungkinkan aktivasi cepat kegiatan selama epidemi. Tujuannya adalah untuk mempercepat ketersediaan tes, vaksin, dan obat-obatan yang efektif yang dapat digunakan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah krisis skala besar.

Untuk setiap wabah penyakit, WHO berharap peta jalan litbang dan, jika relevan, profil produk target (TPP) dan protokol generik dikembangkan melalui konsultasi yang luas dan terbuka dengan para ahli terkemuka dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, upaya untuk memperkuat badan regulasi dan etika nasional untuk menanggapi keadaan darurat kesehatan masyarakat sedang dilaksanakan.

Baca juga:
Dokter RSHS Bandung: Vaksin Cacar Zaman Dulu Bisa Cegah Cacar Monyet

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

5 jam lalu

ilustrasi Haji (pixabay.com)
Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.


Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

5 hari lalu

Ilustrasi cacar monyet atau monkeypox (Kemkes)
Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.


Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

6 hari lalu

Cacar monyet. WHO
Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.


WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

13 hari lalu

Ilustrasi Serangan Jantung. thestar.com.my
WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.


Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

16 hari lalu

Ilustrasi monyet peliharaan. AP/Rajesh Kumar Singh
Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada


Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

16 hari lalu

Ilustrasi protokol kesehatan / menjaga jarak atau memakai masker. ANTARA FOTO/FB Anggoro
Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.


Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

17 hari lalu

Flu Singapura.
Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?


BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

17 hari lalu

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan
BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.


Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

17 hari lalu

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]
Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO


Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

19 hari lalu

Ilustrasi daging merah. Pixabay.com
Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?