TEMPO.CO, Jakarta - Memiliki postur tubuh lebih tinggi mungkin meningkatkan risiko mengembangkan penyakit saraf, kulit dan beberapa gangguan jantung. Ini menurut hasil studi terbesar yang pernah dilakukan yang menghubungkan tinggi badan dengan penyakit.
Hasil studi itu, seperti disebutkan dalam laporannya yang dipublikasikan 2 Juni 2022, merekomendasikan tinggi badan sebagai satu faktor risiko yang diprioritaskan pengukurannya dalam skrinning risiko terbesar penyakit tertentu.
Tinggi tubuh saat dewasa ditentukan oleh ribuan varian gen dalam kombinasinya dengan faktor-faktor lingkungan, seperti status sosial ekonomi. Riset sebelumnya telah mencoba memisahkan efeknya yang dari faktor genetika saja, atau memperkirakan tinggi badan seseorang secara genetika, lalu mengaitkan ke sekitar 50 jenis penyakit. Hubungan antara tinggi badan dan banyak jenis penyakit lainnya tak tereksplor.
Terbaru, Sridharan Raghavan dari University of Colorado, AS, dan koleganya telah menganalisis data dari 323.793 eks personel militer Amerika Serikat yang pernah menjadi peserta program riset mengeksplor hubungan antara gen, faktor lingkungan dan penyakit. Raghavan dkk mencermati 3.290 varian gen yang diketahui mempengaruhi tinggi badan dan asosiasinya dengan lebih dari 1000 perlakuan klinis.
Mereka mengkonfirmasi kalau prediksi postur yang semakin tinggi meningkatkan risiko untuk atrium fibrilasi atau gangguan irama jantung dan problem peredaran darah. Mereka juga menemukan kalau memiliki gen badan tinggi juga berasosiasi dengan risiko yang semakin tinggi pula untuk mengembangkan kerusakan saraf serta infeksi kulit atau tulang.
Baca juga:
Tim peneliti itu kemudian mengkonfirmasi kalau risiko-risiko itu memiliki asosiasi yang sama dengan tinggi badan hasil pengukuran aktual, menuntun kepada rekomendasi bahwa mengukur tinggi badan bisa menjadi cara yang cepat dan mudah untuk menentukan risiko kesehatan seseorang. Semakin tinggi tubuh Anda, semakin tinggi risikonya.
"Perkiraan tinggi secara genetik dan tinggi aktual terkorelasi cukup baik," kata Raghavan. "Temuan kami adalah satu langkah pertama menuju assessment risiko penyakit yang potensial."
Tamar Sofer dari Harvard T. H. Chan School of Public Health, berpendapat bahwa implikasi potensial dari studi itu adalah beberapa tes kesehatan untuk individu yang sangat tinggi alias jangkung. Namun, menurutnya, butuh penelitian lanjutan sebelum menggunakannya sebagai acuan dalam praktik klinis.
NEW SCIENTIST, PLOS
Baca juga:
Apple Umumkan iOS 16 Hadir untuk iPhone 8 ke Atas, Apa Saja yang Baru?