TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan 5G sudah masuk di Indonesia beberapa tahun yang lalu, namun terasa lambat penerapannya di lapangan. Sudah empat tahun berlalu, jaringan 5G hanya melayani titik tertentu yang masih sangat sedikit. Sedangkan Indonesia luas membentang lebih dari 4.000 kilometer.
Aju Widya Sari, Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), menjelaskan beberapa tantangan penyebaran 5G di negara kepulauan seperti Indonesia.
Menurutnya, salah satu penyebabnya karena masih adanya wilayah yang belum mendapatkan jaringan 4G, sementara jaringan 4G menjadi dasar bagi jaringan 5G. “Untuk 4G, masih ada PR (pekerjaan rumah) di Kominfo untuk mempercepat penggelaran layanan tersebut di desa-desa. Sebab, sekitar 12.500 desa yang harus segera diberikan,” jelasnya secara daring di acara ‘5G Private Network sebagai Game Changer bagi Kota Industri’, Selasa, 7 Juni 2022.
Apabila 4G sudah baik, maka operator 5G juga sudah siap untuk menggelar layanan yang lebih maju di atasnya.
Selain itu, keadaan geografis Indonesia yang cukup menantang menjadi pekerjaan rumah tersendiri terkait penyediaan sambungan dengan backbone. Backbone merupakan tulang punggung suatu jaringan yang menjadi saluran pusat untuk melakukan transfer data dalam suatu jaringan.
Sambungan untuk terestrial laut dan udara harus didukung terlebih dahulu agar jaringan akses bisa diberikan. Untuk jaringan kabel laut ada beberapa hal yang perlu ditambahkan. Selain Palapa Ring juga ada ekstensi online dari Palapa Ring.
Jaringan satelit juga perlu menambah kapasitas. Sementara jaringan terestrial di wilayah rural, khususnya dengan medan sangat sulit, menjadi tantangan bagi para penyelenggara. "Sehingga dukungan untuk connectivity nomor satu, kemudian baru akses bisa masuk. Karena 5G perlu penguatan di layer tersebut,” jelas Aju.
VP Network Architecture dan Design Telkomsel, Marfani Hasan, menyoroti dari sisi bisnis. “Pertama, terkait potensi pasarnya sendiri, karena harus ada biaya yang kita investasikan ke sebuah lingkungan yang akan menikmati 4G,” kata Marfani.
Secara umum, ia menjelaskan beberapa tantangan, seperti ketersediaan jalan, listrik dan transmisi. “Kami mencoba mencari pemecahannya dari setiap tantangan. Misalnya pemanfaatan solar sistem dan sebagainya,” jelasnya.
Menurutnya, menggelar jaringan 4G buat area yang cukup sulit mungkin kurang mendatangkan keuntungan. “Tapi, kami berbakti kepada negara. Selain bisnis, ada barokah yang didapat untuk Telkomsel,” kata Marfani.
Selain itu, Aju juga menjelaskan sekilas tentang pengadaan lelang frekuensi mmWave dan ASO. Menurutnya, lelang frekuensi masih dalam analisis dan kajian di Kominfo. Demikian juga mengenai regulasi kesiapan 5G private network (stand alone), menurut Aju, masih dalam pengkajian di lembaganya.
Baca:
Inilah 4 Keunggulan Teknologi 5G
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.