TEMPO.CO, Jakarta - Siapa sangka gempa Magnitudo 2,8 yang tidak bisa dirasakan adalah pembuka dari gempa merusak yang terjadi di Mamuju pada Rabu siang, 8 Juni 2022. Gempa Mamuju M2,8 terjadi tepatnya pada Selasa sore, pukul 16.21 waktu setempat.
Gempa lemah itu tersamar oleh sederet gempa yang bisa dirasakan, antara lain, di Palu dan Bolaang Mongondow Selatan pada hari yang sama. Tapi gempa utamanya pada Rabu siang mengguncang dengan kekuatan M5,8 mampu menyebabkan kerusakan pada sejumlah bangunan dan lebih dari 11 ribu orang mengungsi.
Dengan gempa pembuka dan juga rangkaian susulannya, BMKG menggolongkan gempa Mamuju cenderung sebagai gempa tipe 2. Catatannya, gempa susulan yang terjadi tergolong minim. "Miskin gempa susulan ini semoga menjadi pertanda baik," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
Daryono membandingkan, gempa Mamuju yang memiliki kekuatan merusak pada Januari 2021 juga memiliki tipe pembuka-utama-susulan. Bedanya, saat itu memiliki gempa pembuka sudah bermagnitudo 5,9. Selanjutnya disusul gempa utama dengan M6,2 pada keesokan harinya dan diikuti serangkaian gempa susulan.
Pada 14 Januari 2021, gempa bumi mengguncang Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat. Gempa berkekuatan 5,9 magnitudo itu menimbulkan dampak yang besar. Akibat gempa tersebut, sedikitnya 101 orang tewas dan ribuan bangunan hancur. ANTARA
Dampak gempa yang terjadi setahun lalu adalah lebih dari 15 ribu orang mengungsi. Korban meninggal 70 orang dan yang terluka 189 orang. Belum terhitung yang di Majene.
Perbedaan lainnya adalah gempa terkini di Mamuju mempunyai episenter di laut atau lepas pantai, sedangkan episenter gempa Mamuju Januari 2021 terletak di daratan. "Gempa magnitudo 5,8 yang mengguncang Mamuju tadi siang bersumber dari sumber gempa sesar geser (strike-slip) yang belum terpetakan," kata Daryono menambahkan.
Baca juga:
BMKG Bicara Fenomena Hujan Es Sebesar Bola Tenis di Prancis