TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan 12 institusi pendidikan dan lembaga riset di Asia menggelar 4th SEASIA (Southeast Asia Studies in Asia) Biennial Conference di Jakarta, 9-11 Juni 2022. Mereka membahas dan mencari solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi oleh negara-negara di Asia Tenggara sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
“Diperlukan kerja sama yang lebih luas untuk membangun kembali perekonomian dan ketahanan masyarakat kita untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang,” kata Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, saat membuka konferensi yang mengangkat tema ‘Managing Disruption, Developing Resilience for a Better Southeast Asia’ itu, Kamis 9 Juni 2022.
Pandemi covid-19 yang terjadi dua tahun terakhir, menjadikan negara-negara Asia Tenggara menghadapi tantangan terkait dinamika politik, regional, sosial ekonomi, dan budaya. Tantangan ini juga dipicu dari dampak transformasi digital dan diperkuat oleh tren global yang sedang berlangsung, seperti perubahan demografis, urbanisasi yang cepat, peningkatan migrasi internasional, dan ketergantungan yang kuat pada teknologi digital.
“Tanpa kerja sama dan tindakan kolaboratif, yang terjadi adalah ketidakpastian yang berdampak negatif bagi masyarakat kita,” kata Handoko.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim, yang turut memberi sambutan menyatakan bidang-bidang yang menjadi fokus pembicaraan saling terkait. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dia menegaskan, tidak bisa mengesampingkan aspek kesehatan. Dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan juga harus mempertimbangkan aspek kebudayaan dari masyarakat.
"Khusus di bidang pendidikan," kata Nadiem daring. Dia menambahkan, "Indonesia telah mengembangkan kurikulum baru, yaitu Kurikulum Merdeka, yang berfokus pada materi-materi esensial.”
Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN, Ahmad Najib Burhani, menjelaskan SEASIA Biennial Conference telah dimulai dari 2015 di Kyoto, 2017 di Bangkok, 2019 di Taiwan dan 2022 di Jakarta. Ajang dua tahunan ini disebutnya platform yang sangat penting bagi para periset sosial dan kemanusiaan di BRIN.
"Tidak hanya untuk sharing hasil riset mereka, tetapi juga membangun jejaring dan kolaborasi riset di masa datang,” tuturnya.
Pembicara kunci lain dalam pembukaan SEASIA Biennial Conference tahun ini adalah Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy, dan Bart Barendregt dari Leiden Institute of Cultural Anthropology and Sociology.
Baca juga:
Manfaat Kunjungan Jokowi Temui Elon Musk, Ini Kata Kepala BRIN