Tujuan studi pendistribusian 90 miliar galon biofuel itu adalah untuk menaksir apakah bahan bakar nabati selulosa dalam jumlah besar bisa diproduksi secara berkesinambungan, termasuk bagaimana mempertahankannya dengan mengasumsikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknis berlanjut pada laju yang diharapkan.
Dalam studi yang dilakukan selama sembilan bulan itu, para pengamat menaksir bahwa kelaikan, implikasi, dan batasan yang ada memungkinkan produksi etanol sebesar 90 miliar galon setiap tahun. Sekitar 75 miliar galon di antaranya berasal dari pengolahan dedaunan makanan ternak semisal switch grass (Panicum virgatum), batang dan daun jagung kering, jerami, kayu pohon dedalu, dan poplar. Sedangkan 15 miliar galon sisanya berasal dari etanol berbasis jagung.
Produksi etanol sebesar 90 miliar galon per tahun adalah target yang ditetapkan oleh Departemen Energi Amerika pada 2006. Biofuel sebanyak itu cukup untuk menggantikan sebagian kebutuhan bensin dunia pada 2030 yang diperkirakan mencapai 180 miliar galon.
Cole Gustafson, ahli ekonomi biofuel di North Dakota State University di Fargo, North Dakota, mengatakan bahwa angka 90 miliar itu amat agresif, jauh melampaui mandat pemerintah Federal yang meminta produksi bahan bakar terbarukan sebesar 36 miliar galon untuk dicampur ke dalam bensin pada 2022. "Saya bertanya apakah kita bisa melakukannya," kata Gustafson. "Teknologi ini terlalu lamban berkembang."
Pemerintah harus melindungi industri bahan bakar nabati ini dari pesaing yang menawarkan harga murah. "Penemuan kami menunjukkan bahwa akan terjadi sejumlah kendala signifikan karena adanya persaingan dengan produk bahan bakar minyak yang harganya amat rendah," kata Art Pontau, Deputi Direktur Teknologi Pembakaran dan Industri Sandia.
Berdasarkan studi itu, harga etanol di luar pajak diperkirakan US$1,5 per galon, dan harga bensin akan diturunkan jika harganya di bawah US$ 2,25 per galon tanpa pajak atau US$ 2,65 di pompa bensin. Saat ini harga satu galon bensin secara nasional sekitar US$ 1,93. Setahun yang lalu, harga segalon bensin mencapai US$ 2,95. Sedangkan harga etanol E85 saat ini sekitar US$ 1,655 per galon.
Studi tersebut juga memeriksa biaya produksi, pemanenan, penyimpanan, dan pengangkutan bahan mentah itu ke tempat penyulingan yang baru dibangun.
TJANDRA DEWI | SCIENCEDAILY