TEMPO Interaktif, Jakarta: Sudah sekian tahun googling menjadi kata kerja sebagai pengganti searching di Internet. Kamus Oxford English mencantumkan google sebagai kata kerja sejak 15 Juni 2006. Sebulan kemudian, giliran kamus Merriam Webster Collegiate, menggolongkan google menjadi kata kerja.
Kendati demikian, Google Inc. sebenarnya agak keberatan penggunaan istilah googling untuk menyebut pencarian informasi di Internet dengan menggunakan mesin pencari selain Google. “Tolong, gunakan istilah google hanya saat kamu menggunakan Google,” kata Michael Krantz, dari Google Blog Team. Namun, tetap saja, googling telanjur melekat sebagai pencarian di Internet, apa pun mesin pencari yang dipakai. Pengen tahu sesuatu, googling saja.
Google memang sudah kelewat besar dan populer, bahkan bagi para pesaing terdekatnya, Yahoo dan Microsoft. Menurut Hitwise, pada Desember 2008, 72 persen warga Amerika menggunakan Google dan hanya 18 persen yang memilih Yahoo untuk berburu informasi.
John McCain pun, ketika ditanya siapa yang akan menjadi pendampingnya untuk pencalonan Presiden Amerika Serikat tahun lalu--tentu saja ini bergurau--dia mengatakan, ”Pada dasarnya kami masih meng-google-nya.” Apa pun yang dicari, ketikkan saja kata kuncinya di Google dan biarkan mesin ini bekerja.
Sekarang, tak cuma informasi yang bisa dicari di Google, tapi juga lokasi orang atau bahkan mungkin orang hilang. Itu berkat Google Latitude, yang baru diluncurkan dua pekan lalu. “Berapa kali dalam sehari Anda bertanya ke teman sedang di mana mereka,” Google menulis. “Kami membantu menjawabnya sebelum pertanyaan itu terlontar.”
Latitude ini sebenarnya hanya pengembangan dari Google Maps. Di Maps, hampir semua kota besar di dunia ada citra satelitnya. Beberapa kota kecil juga ada petanya. Coba saja ketikkan “Ciamis”, Maps segera menampilkan citra satelit kota kecil di Jawa Barat itu.
Latitude menambahkan penjejak lokasi orang di Maps. Cara Latitude menentukan lokasi sebenarnya juga tak benar-benar anyar. Dia menggunakan “sinyal” dari telepon seluler atau koneksi Internet nirkabel (Wi-Fi) atau penentu lokasi geografis (GPS) untuk menentukan di mana seseorang berada. Cara serupa sudah dilakukan beberapa operator seluler dan perusahaan sistem informasi geografis di Indonesia seperti Sis-Info (Pointrek) dan Vi-Track.
Vic Gundotra, Vice President Engineering Google, mengatakan baru beberapa jenis ponsel yang bisa memanfaatkan Latitude, yakni yang menggunakan sistem operasi Google Android, Windows Mobile 5.0 dan generasi berikutnya, Blackberry, dan ponsel dengan Symbian S60.
Jika menggunakan ponsel, Latitude menjejak lokasi kita hanya berdasarkan pemancar (BTS) terdekat. Artinya, Latitude sebenarnya tak benar-benar akurat mendeteksi lokasi. Di kawasan perkotaan yang padat seperti Jakarta, Latitude mungkin hanya meleset puluhan meter dalam menjejak lokasi ponsel.
Seperti saat mencoba Maps di ponsel Sony Ericsson S500 dengan kartu Telkomsel, Google meleset mendeteksi lokasi Tempo beberapa puluh meter dari tempat sebenarnya. Jika pemilik ponsel berada di suatu tempat yang jarak antar BTS-nya lebih renggang atau jauh, kesalahan Latitude pun bakal semakin lebar.
Kalau koneksi Wi-Fi yang digunakan untuk menjejak lokasi, akurasi tergantung jarak komputer dengan titik akses. Yang lebih akurat tentu lewat GPS. Tapi syaratnya, tidak boleh dalam gedung.
Lewat Latitude, pengguna tak hanya bisa mengetahui lokasinya, tapi juga bisa berbagi dengan orang-orang terdekat di mana posisi masing-masing setiap saat. Hanya dengan satu kali klik di peta, pengguna Latitude juga bisa menelepon, kirim pesan singkat (SMS) atau email dan bahkan chatting.
Fitur seperti ini tentu akan berguna bagi orang tua yang sering mengkhawatirkan anak-anaknya. Atau laki-laki atau perempuan yang sering bertanya-tanya ada di mana pasangannya. Tapi, untuk yang satu ini, ternyata tak semua orang suka setiap saat ”dimata-matai”. “Saya kok agak nggak nyaman kalau pacar saya ’mengikuti’ saya sepanjang waktu,” kata beberapa orang. Tapi mereka rata-rata sepakat, Latitude layak dipakai misalnya untuk memantau keberadaan anak-anak.
Sayangnya, Latitude baru bisa dipakai di Indonesia pertengahan tahun ini. Kita baru bisa memanfaatkan Google Maps-nya saja. Latitude baru aktif di 27 negara. Untuk Asia, negara yang bisa mengakses Latitude hanya India, Hong Kong, dan Taiwan.