TEMPO.CO, Jakarta -Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Rosan Perkasa Roeslani memberikan dana apresiasi kepada lima mahasiswa Indonesia yang meraih juara tiga pada ajang The American Astronautical Society Student CanSat Competition di Virgnia, Amerika Serikat. Prestasi itu diganjar Rosan dengan memberikan uang sebesar USD 5.000 atau sekitar Rp 72 juta.
“Selamat kepada para mahasiswa yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah internasional. Semoga dengan dana apresiasi ini, dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk turut berprestasi,” ujar Rosan dalam rilisnya pada Jumat, 17 Juni 2022.
Rosan mengatakan kelima mahasiswa ini telah menunjukkan kemampuannya dalam merancang Tethered Payload dengan 3D yang mengintegrasikan beragam hardware menjadi satelit siap luncur. “Terbukti karya satelitnya meluncur pesat ke angkasa membuat kagum para juri dari American Astronautical Society,” ujar Rosan yang merupakan mantan Ketua Kamar Dagang Indonesia (KADIN) periode 2015 – 2020.
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Washington, D.C., Popy Rufaidah menuturkan para mahasiswa yang berasal dari Politeknik Elektronik Negeri Surabaya (PENS), Jawa Timur ini memiliki peran masing-masing sebagai tim yang solid dalam kompetisi ini. “Mereka menunjukan kemampuannya berdasarkan keahliannya masing-masing,” ujar Popy.
Mereka terbentuk dalam tim dengan nama Bamantara EEPISAT yang berarti Penguasa Udara dengan Satelit. Kelima mahasiswa ini adalah Zulfikar Davbi Mahendra Fasya sebagai ketua tim. Zulfikar bertanggung jawab atas seluruh kegiatan tim dengan tugas menilai, mengawasi dan mengevaluasi kerja tim kemudian menganalisis terjadinya masalah, Selain itu, ia juga berperan membantu teknis dan non teknis untuk menyelesaikan masalah.
Kemudian, I Made Nugi Edwika Ariwigangga mahasiswa semester empat yang berperan sebagai mekanik. Dalam tim, I Made bertugas melakukan riset material, kecepatan CanSat, serta riset kestabilan CanSat. Selain itu, I Made juga bertugas melakukan manufaktur, perakitan, dan pengujian struktur mekanik CanSat agar sesuai dengan misi.
Selanjutnya, Piko Permata Ilham Prasetyo memiliki tugas membuat program flight software, menentukan sensor, dan microcontroller yang digunakan, serta melakukan analisa data misi. Adapun Muhammad Aghist Fitrony yang bertanggungjawab merencanakan dan mengimplementasikan projek. Aghist sapaannya, bertugas memastikan sistem yang dibangun oleh divisi teknis sesuai dengan persyaratan kompetisi serta integrasi sistem dari ketiga divisi teknis yaitu mekanik, hardware, dan software.
Selanjutnya, Rafi' Jusar Wishnuwardana bertugas melakukan komunikasi dengan pihak kampus, baik di dalam maupun di luar negeri serta ke KBRI untuk mengatur perjalanan menuju Amerika Serikat, dan mencatat keuangan.
Dalam kesempatan ini, Ketua Tim Zulfikar menceritakan salah faktor penentu kemenangan tim adalah membuktikan karya mereka yang dapat diluncurkan. Kesuksesan tersebut terbukti saat Can Satellite yang mereka rancang meluncur mencapai ketinggian kurang lebih 725 meter. Selanjutnya, kata Zulfikar, mereka melakukan separasi dengan roket, setelah itu melepaskan parasut pada ketinggian 400 meter serta melepaskan tethered payload pada ketinggian 300m.
“Tethered Payload Mission tim teruji saat tanding mampu menangkap data atmosfir dan geo-spasial dari arah nadir bumi ke kutub selatan. Payload mengambil video sampai touch down dan berhenti melakukan telemetri,” cerita Zulfikar.
Direktur PENS, Ali Ridho Barakbah menyampaikan tim ini dibimbing oleh Dosen Program Studi Mekatronika yaitu Nofria Hanafi dan Hendhi Hermawan.
The American Astronautical Society Student CanSat Competition diselenggarakan setiap tahun oleh American Astronautical Society (ASS) yang bekerja sama dengan US Naval Research Laboratory, NASA Goddard, Lockheed Martin, Virginia Tech, Siemens, Praxis, Kratos, dan NRV Rocketry.
Baca juga: Mahasiswa Indonesia Raih Juara Kompetisi Peluncuran Satelit di Amerika Serikat