TEMPO Interaktif, Jakarta: Kisah itu bermula dari secarik kertas. Pendiri Microsoft, Bill Gates, menulis dalam memonya: "cara kita bekerja telah berubah".
Gates dalam memonya pada 2005 itu membayangkan sebuah peranti lunak yang bisa menjadi jembatan pada pulau-pulau informasi yang tak terkoneksi. Data, suara, dan gambar harus bisa membuat setiap orang berkolaborasi dan berinteraksi layaknya tatap muka.
Visi itu terwujud dalam Microsoft Unified Communication yang diluncurkan pada Oktober 2007. Ia terdiri atas peranti lunak Office Communications Server 2007, Office Communicator 2007, Office Communicator Web Access 2007, dan Office Communicator Mobile 2007.
Bisnis Unified Communication sebelumnya sudah diisi oleh para pemain besar, seperti Cisco, Siemens, dan Alcatel-Lucent. Namun, Microsoft mencoba menawarkan tak sekadar menyatukan (unified), tapi juga menyederhanakan.
Ambil contoh begini. Seorang karyawan yang sedang duduk santai di sebuah klub bisa mengecek pesan instan, pesan suara, telepon masuk, dan faksimile hanya melalui sebuah e-mail.
Begitulah yang diperagakan Microsoft di Bandung beberapa waktu lalu. Seorang karyawan bisa mendapatkan pesan suara di inbox e-mail-nya. Ia juga bisa chatting di berbagai perangkat yang sudah berkolaborasi dengan Office Communications Server.
"Jadi tidak terlihat lagi mana bedanya chatting, e-mail, telepon karena sudah terintegrasi tadi," kata Adrian Anwar, Server Business Group Manager Microsoft Indonesia.
Malah, di beberapa negara, peranti lunak ini memungkinkan orang memerintahkan komputernya melakukan fungsi-fungsinya melalui suara. Mona Monika, PR Manager Microsoft Indonesia, mengatakan pernah merasakan fungsi itu di Singapura.
"Kita bisa mengirim e-mail, membalas, melampirkan berkas, sampai menulis e-mail dengan suara. Untuk Indonesia memang masih sulit diterapkan lantaran masalah aksen," kata Mona.
Microsoft Unified Communication bertugas mengkonvergensi. Ia menyatukan komputer, telepon seluler, telepon kantor PABX, Voice over Internet Protocol (VoIP), radio HT, konferensi video, dan faksimile dalam sebuah fungsi komunikasi.
Solusi ini bisa mengatasi ketergantungan pada pertemuan tatap muka yang boros biaya transportasi. Alhasil, pekerjaan bisa dilakukan dari mana saja.
Semua itu terjadi berkat adanya koneksi Internet pita lebar. Adanya satu koneksi untuk melakukan banyak pekerjaan berujung pada penghematan sebuah perusahaan.
Sebuah riset Forrester pada 2007 mendapati bahwa Unified Communication membuat keuntungan investasi yang didapatkan meningkat 500 persen dalam tiga tahun. Biaya telepon berkurang 40 persen, ongkos perjalanan berkurang 20-40 persen, serta menghemat infrastruktur IT dan administrasinya sampai 50 persen.
Studi itu dilakukan pada perusahaan dengan jumlah karyawan 4.000 orang dalam periode tiga tahun. Adapun Unified Communication dengan 100 pengguna bisa menghemat biaya telepon rata-rata Rp 100 juta per tahun. Ongkos perjalanan juga dihemat Rp 200 juta per tahun.
Masalahnya, Unified Communication ala Microsoft beroperasi pada sistem yang berbasis Windows saja. Untuk terhubung ke ponsel atau perangkat bergerak lain, ia membutuhkan perangkat yang bekerja dengan Windows Mobile.
Ini berbeda dengan pesaingnya, misalnya dari IBM, yang menawarkan fungsi dan kinerja kurang-lebih sama. Namun, IBM mendesain peranti lunak yang bisa berkolaborasi dengan platform lain.
DEDDY SINAGA