TEMPO.CO, Jakarta - Unika Atma Jaya membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pembangunan PLTS itu dilakukan di daerah Ledongara, Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya.
Pembangunan itu dilakukan guna memberikan penerangan yang sangat diperlukan warga kawasan tersebut. Rektor Unika Atma Jaya, A. Prasetyantoko, mengatakan penerangan yang kini telah dimiliki oleh warga menjadi momentum penting untuk mengupayakan perubahan dan juga pemberdayaan masyarakat.
“Pengadaan PLTS ini mengacu pada tema besar kampus dalam melaksanakan kepeduliannya kepada masyarakat yang merupakan bagian dari program pembangunan keberlanjutan melalui pelestarian lingkungan yang holistik, penerapan teknologi dalam kehidupan, dan mengembangkan solidaritas sosial,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa, 21 Juni 2022.
Dia mengatakan tujuan pembangunan keberlanjutan ini berdasarkan dari Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya terkait energi bersih dan terjangkau. Sejalan dengan SDGs tersebut, kata Prasetyantoko, program ini berkontribusi secara riil dalam menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan dan modern untuk warga masyarakat di Ledongara.
Daerah Ledongara Desa Karuni, Kecamatan Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, paparnya, tergolong sebagai kawasan 3T yaitu terdepan, terpencil, tertinggal. Instalasi itu menurutnya, sudah terpasang sejak awal Juni ini.
Bagi Stepanus Molo Koro, tokoh adat setempat, adanya pembangkit listrik, tidak sekadar memberikan penerangan semata, tetapi juga membuka harapan dan masa depan warga setempat. Hal itu, kata dia, juga akan memberikan peluang untuk meningkatan kesejahteraan masyarakat. “Dengan adanya listrik ini, kami bisa memperoleh banyak hal untuk bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga dan juga kebutuhan lainnya seperti kegiatan sosial dan kemasyarakatan menjadi lebih baik lagi,” kata Koro.
Sementara itu, Emanuel Koro, tokoh pemuda setempat, mengatakan kehadiran listrik tenaga surya dapat meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk anak-anak saat belajar di malam hari.
Baca juga: Aturan KIP Kuliah akan Direvisi, Banyak Keluhan Tak Tepat Sasaran