Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

30 Peneliti Terpilih Jalani Program Kepemimpinan Ilmuwan Kelas Dunia

image-gnews
Ilustrasi penelitian di Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Sumber: dokumen Lembaga Eijkman
Ilustrasi penelitian di Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Sumber: dokumen Lembaga Eijkman
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 30 peneliti dari berbagai bidang di Indonesia telah terpilih untuk menjalani program pelatihan kepemimpinan selama sembilan bulan ke depan yang diselenggarakan The Conversation Indonesia. Berada dalam Program bertajuk 'Science Leadership Collaborative', para peserta akan mengikuti serangkaian lokakarya dari fasilitator dan pembicara internasional.

Mereka juga akan mengikuti sesi mentoring bersama tokoh sains terkemuka dari dalam dan luar negeri, serta terlibat dalam berbagai kegiatan yang mendorong kolaborasi antar-peserta.

Prodita Sabarini, Editor Eksekutif The Conversation Indonesia, mengatakan Program 'Science Leadership Collaborative' hadir sebagai pelengkap dan penguat program-program lain bagi ilmuwan, yang dapat meningkatkan optimisme terhadap komunitas ilmiah
Indonesia. “Saya bangga dan bersyukur bahwa The Conversation dapat ikut berperan membangun komunitas pemimpin sains yang memahami pentingnya kolaborasi untuk memecahkan tantangan yang kompleks,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin 27 Juni 2022.

Selain harapan untuk melahirkan pemimpin sains di masa yang akan datang, Fito Rahdianto, Manajer Program Science Leadership Collaborative, juga berharap program ini mampu memicu lahirnya lebih banyak lagi program kepemimpinan untuk peneliti di Indonesia. Studi pendahuluan terhadap lebih dari 300 ilmuwan muda memang menemukan potensi serta ambisi peneliti Indonesia untuk menjadi ilmuwan kelas dunia belum didukung oleh pengembangan kapasitas kepemimpinan yang memadai.

Ricardo Tapilatu, Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Laut Pasifik di Universitas Papua, yang juga merupakan salah seorang peserta program SLC, membenarkan hasil studi itu. Dari kolaborasi yang pernah dijalinnya dengan berbagai individu dan mitra, Ricardo mengaku masih kurang dalam aspek kepemimpinan.

“Inilah yang mendorong saya untuk mengikuti program SLC, untuk menunjukkan bahwa peneliti dari Indonesia Timur dapat juga memimpin dan membangun kolaborasi,” kata pria pemilik gelar doktor itu

Science Leadership Collaborative disebut diklaim secara spesifik menggunakan metode terdepan dan paling mutakhir untuk mendukung perkembangan vertikal para peserta, khususnya dalam aspek kepemimpinan dan kolaborasi. Program antara lain menggunakan pendekatan seperti Leadership Development yang dikembangkan di Harvard University, AS.

Disebutkan pula landasan kerangka pemikiran Salim Ismail—ahli disrupsi dan organisasi eksponensial dari India, Barry Oshry—pelopor pemikiran sistem dari Amerika Serikat, dan Nora Bateson—pengembang teori kompleksitas dari Swedia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ilmuwan senior sekaligus mantan Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Profesor Sangkot Marzuki menilai program SCL sebagai terobosan yang sangat baik. Dia setuju, kemampuan untuk memimpin dan berkolaborasi adalah dua hal yang perlu dibangun setiap peneliti sejak awal karirnya.

"Semoga program ini bisa melahirkan pemimpin-pemimpin sains baru di Indonesia,” katanya.

Keberagaman Peneliti

Tak hanya dari bidang keilmuan yang beragam, 30 peneliti yang terpilih juga berasal berbagai daerah di Indonesia. Sebagian mereka terafiliasi dengan universitas dan lembaga pemerintah non-kementerian, sementara sebagian lainnya merupakan
peneliti di lembaga swadaya masyarakat dan peneliti swasta.

Keberagaman ini dinilai penting untuk turut membuka jalan bagi kolaborasi lintas disiplin dan lintas sektor dalam ekosistem riset Indonesia. “Seleksi program ini telah menghasilkan sekelompok peneliti berkualitas, yang mewakili berbagai area penelitian, lembaga, serta wilayah,” kata Mizan Bisri, dosen di Kobe University, Jepang, yang juga konsultan program SLC.

Naimah Talib, kandidat doktor di University of Melbourne yang juga terpilih dalam program ini, mengatakan bahwa ilmuwan tidak hanya memerlukan suara yang lebih beragam. Tapi juga suara yang lebih keras dan kuat agar benar-benar didengar dan dianggap serius oleh para pembuat kebijakan dan politisi.

“Untuk mencapai hal tersebut, kita perlu bersatu sebagai sebuah kolektif, dan saya senang menjadi bagian dari program ini,” kata sang peneliti.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


7 Peneliti Undip Masuk Daftar 2 Persen Ilmuwan Teratas di Seluruh Dunia yang Dirilis Stanford-Elsevier

9 jam lalu

Tujuh ilmuwan dari UNDIP berhasil masuk dalam daftar 2% Ilmuwan Teratas di Seluruh Dunia untuk tahun 2024 yang disusun oleh Universitas Stanford. Dok. UNDIP
7 Peneliti Undip Masuk Daftar 2 Persen Ilmuwan Teratas di Seluruh Dunia yang Dirilis Stanford-Elsevier

Tujuh ilmuwan Undip masuk dalam daftar 2 persen ilmuwan teratas di seluruh dunia 2024 yang dirilis Universitas Stanford dan Elsevier.


Ilmuwan: Lapisan Ozon Kian Tipis, Terutama di Kutub Selatan

1 hari lalu

Ilustrasi lapisan ozon (net)
Ilmuwan: Lapisan Ozon Kian Tipis, Terutama di Kutub Selatan

Jika tidak ada lapisan ozon, manusia akan mengalami dampak negatif seperti penuaan dini pada kulit.


Penelitian Mamalia Ternyata Bisa Bernapas Melalui Dubur Raih Hadiah Ig Nobel 2024

5 hari lalu

Ig Nobel Prize. Improbable.com
Penelitian Mamalia Ternyata Bisa Bernapas Melalui Dubur Raih Hadiah Ig Nobel 2024

Penelitian ilmuwan Jepang Takanori Takebe meraih Hadiah Ig Nobel 2024 bidang fisiologi atas penemuan mamalia ternyata bisa bernapas melalui dubur.


BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

8 hari lalu

Warga memungut sampah plastik di kawasan Pantai Kedonganan, Badung, Bali, Rabu 20 Maret 2024. Pantai Kedonganan dipadati sampah plastik kiriman yang terdampar terbawa arus laut yang mengganggu aktivitas warga dan nelayan setempat. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
BRIN: Potensi Kerugian Akibat Kebocoran Sampah Plastik ke Laut Hingga Rp 225 Triliun Per Tahun

Rata-rata sekitar 484 ribu ton per tahun sampah plastik bocor ke laut dunia dari kegiatan masyarakat.


BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

8 hari lalu

Petugas kebersihan membersihkan tumpukan sampah dengan cara membuang sampah di Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta, Senin, 9 September 2024.  Indonesia menempati urutan kelima dunia sebagai negara pembuang sampah plastik ke laut dengan volume 56,333 ton. TEMPO/Subekti.
BRIN Dorong Inovasi untuk Tangani Sampah Plastik di Laut

Sampah plastik mengancam kehidupan laut, ekosistem pesisir, dan kesehatan manusia yang bergantung pada hasil laut.


Kolokium Internasional UIN Syarif Hidayatullah: Peran Agama dan Perdamaian

10 hari lalu

Para akademisi dan dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah dalam kolokium internasional, Selasa, 10 September 2024. UIN Jakarta
Kolokium Internasional UIN Syarif Hidayatullah: Peran Agama dan Perdamaian

UIN Jakarta menyelenggarakan kolokium Diplomacy of the Divine: Religion's Role in International Peace pada 10 September-11 September 2024


Peneliti Temukan 280 Aplikasi Android Gunakan OCR untuk Mencuri Kredensial Mata Uang Kripto

12 hari lalu

Ilustrasi malware. Kredit: Linux Insider
Peneliti Temukan 280 Aplikasi Android Gunakan OCR untuk Mencuri Kredensial Mata Uang Kripto

Aplikasi Android tersebut menyamar sebagai aplikasi resmi dari bank, layanan pemerintah, layanan streaming TV, dan utilitas.


Mirip Nama pada Manusia, Monyet Marmoset Punya Panggilan Berbeda untuk Setiap Anggota Keluarganya

20 hari lalu

Dua ekor Common Marmoset White Ears (Callithrix jacchus) menjadi penghuni baru Taman Safari  Indonesia (TSI) II Prigen, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu  (21/1). ANTARA/Musyawir
Mirip Nama pada Manusia, Monyet Marmoset Punya Panggilan Berbeda untuk Setiap Anggota Keluarganya

Temuan itu menjadikan monyet marmoset primata non-manusia yang pertama diketahui memiliki panggilan unik kepada sesamanya.


Penelitian di Swiss German University Berbuah 4 Hak Paten, Ada Mikroskop Digital Ekonomis

23 hari lalu

Sebanyak 4 dosen dari Swiss German University termasuk di antara inventor yang menerima sertifikat atau hak paten dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kemenkumham, pada Rabu 21 Agustus 2024. Dari empat itu, hanya tiga yang hadir menerima langsung yakni Kholis Abdurachim, Maria Dewi, dan Irvan S. yang berada  nomor 1, 2, dan 4 dari kiri. (FOTO/Dok. SGU)
Penelitian di Swiss German University Berbuah 4 Hak Paten, Ada Mikroskop Digital Ekonomis

Sebanyak 4 peneliti dari Swiss German University berhasil mendapatkan hak paten atas inovasi di bidang energi terbarukan, kesehatan, dan teknologi.


Penelitian BRIN Ungkap Potensi Logam Tanah Jarang di Kepulauan Bangka Belitung

28 hari lalu

Presentasi potensi logam tanah jarang. Dok. Humas BRIN
Penelitian BRIN Ungkap Potensi Logam Tanah Jarang di Kepulauan Bangka Belitung

Logam tanah jarang merupakan kelompok 17 elemen yang sangat penting dalam teknologi modern.