TEMPO.CO, Jakarta - Rudal SLAMRAAM digunakan dalam sistem Norwegian Advanced Surface-to-Air Missile System (NASAMS). Misil itu dirancang untuk pertahanan angkatan udara dan infrastruktur dari berbagai serangan dalam berbagai cuaca. Mengutip Missilery.info, SLAMRAAM dibuat untuk menyerang target aerodinamis, seperti kendaraan udara tak berawak dan rudal jelajah jarak hingga 25 kilometer yang cukup rendah.
Asal-usul rudal SLAMRAAM
Konsep sistem NASAMS menggunakan SLAMRAAM atau yang dikenal rudal AIM-120A yang diusulkan perusahaan Amerika Hughes Aircraft pada awal 1990-an. Pengembangan sistem di bawah Advanced Surface-to-Air Missile System (AdSAMS). Pada 1992, sistem AdSAMS melakukan pengujian, tapi proyek ini tak dikembangkan. Pada Maret 1994, perusahaan Hughes Aircraft (kini Raytheon Company System) menandatangani kontrak untuk pengembangan NASAMS, yaitu sistem rudal permukaan ke udara dari Norwegia.
Baca Juga:
Mengutip laman Kongsberg, NASAMS dirancang untuk perkembangan yang berintegrasi memanfaatkan teknologi masa depan. Itu bisa berupa radar dan sensor aktif atau pasif. Perkembangan diaktifkan dari rancangan terbuka Fire Distribution Center (FDC).
FDC adalah komponen kontrol yang tergantung konfigurasi yang diinginkan. Itu mendukung berbagai misi, seperti GBAD, operasi counterfire Angkatan Darat, pertahanan pantai, pengawasan udara, dan lain-lain. Pengembangan kompleks NASAMS bekerja sama dengan perusahaan Norsk Forsvarteknologia (Kongsberg Defense and Aerospace) berhasil diselesaikan dalam waktu singkat. Pada 1995 mulai diproduksi.
Pada awal 1990-an, proyek pun dimulai pada pengembangan sistem SAM CLAWS (Complementary Low Altitude Weapon System) menggunakan rudal AIM-120 untuk Korps Marinir Amerika Serikat. Selama pengujian, model eksperimental kompleks berhasil mencegat target di jarak 15 kilometer. Pada April 2001, Komando Korps Marinir Amerika menandatangani kontrak dengan Raytheon untuk mengembangkan sistem CLAWS SAM.
Tes yang dilakukan pada 2003 hingga 2004 di pangkalan militer White Sands Range, New Mexico mengonfirmasi kemampuan tempur kompleks baru dalam berbagai kondisi. Itu termasuk pada malam dengan target berbeda. Pada 2005, rangkaian penembakan di simulator rudal jelajah terbang rendah berhasil diselesaikan. Pada tahun itu juga, Raytheon diberi kontrak tambahan di bawah program CLAWS.
Pada Februari 2004, Departemen Pertahanan AS menandatangani kontrak dengan Raytheon untuk pengembangan skala penuh dari SLAMRAAM, berdasarkan rudal AIM-120 untuk Angkatan Darat Amerika Serikat. Pada November 2005, pengujian sampel kendaraan peluncuran SLAMRAAM dilakukan. Pada Oktober 2006 diumumkan tentang penyelesaian pekerjaan modernisasi rudal AIM-120 untuk digunakan dalam sistem SLAMRAAM SAM.
Rudal yang dimodernisasi dilengkapi dengan sistem penghancuran yang baru, perangkat lunak yang direvisi dan telah meningkatkan efisiensi terhadap rudal jelajah dan UAV. Tes kompleks dimulai pada Maret 2008. Pada Juli 2008, serangkaian tes interaksi sistem pertahanan udara SLAMRAAM dengan sistem antipesawat.
Pada 2 Juni 2009, masih di lokasi uji White Sands, sistem SAM AIM-120C7 SLAMRAAM berhasil mencegat UAV bermanuver yang terbang rendah di jarak maksimum. Penunjukan target disediakan oleh tiga radar AN/MPQ-64 yang terpisah dari jaringan sistem SLAMRAAM SAM, dikendalikan dari satu titik kendali tembakan.
Tujuan tes yang diadakan Raytheon dan Komando Angkatan Darat Amerika , untuk menunjukkan prospek penggunaan SLAMRAAM sebagai bagian dari sistem pertahanan udara tunggal yang menggabungkan berbagai alat deteksi dan perlindungan terhadap serangan udara.
Pada 2007, perusahaan Raytheon mengumumkan dimulainya proyek rudal antipesawat baru SLAMRAAM-ER dengan jangkauan hingga 40 kilometer. Seiring dengan SLAMRAAM-ER di kompleks baru yang menjanjikan, pengembang berencana menggunakan rudal pesawat AIM-9X sebagai sarana untuk menghancurkan jarak pendek hingga 10 kilometer.
Baca: Amerika Serikat Berencana Beli Sistem Pertahanan Rudal untuk Ukraina, Apa Itu NASAMS?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.