TEMPO.CO, Jakarta - Sel kanker payudara ditemukan menyebar ke bagian tubuh lainnya terutama pada malam saat sedang tidur, dan bukan sepanjang hari tanpa putus seperti yang semula diperkirakan para peneliti sebelumnya. Tapi, ini tidak berarti orang-orang yang menderita kanker harus menghindari tidur.
Terlebih ada studi sebelumnya menduga tidur yang terganggu bisa memperburuk prognosis kanker payudara.
"Penemuan ini mengindikasikan mempertimbangkan waktu terbaik di setiap harinya untuk membuat terapi atau pengobatan kanker yang dijalani lebih efektif," kata Nicola Aceto dari FTH Zurich, Swiss.
Menurut dia, kebanyakan pengobatan atau terapi kanker tidak didesain dengan tujuan menarget sel tumor pada waktu spesifik, tapi lebih kepada memberikannya dengan pemikiran umum kalau tumor itu ada di sana, dan mencoba menyerangnya setiap saat.
"Sekarang kami bisa memahami dengan lebih baik apa yang terjadi di waktu yang berbeda, dan bahwa (pengobatan) perlu dilakukan lebih baik."
Aceto dan para koleganya sedang melakukan studi tentang metastasis kanker payudara--kanker telah menyebar ke organ lain--ketika mereka mendeteksi tren yang tak terduga tersebut. Sel tumor yang menyebar (CTC) dari para partisipan berlipat ganda terutama saat malam.
Mereka memutuskan meneliti lebih jauh pada 30 perempuan dengan kanker payudara, termasuk sembilan di antaranya dengan penyakit metastasis, yang saat itu belum menjalani terapi pengobatan. Tim mengumpulkan sampel darah pada pukul 4 dan 10 pada jam-jam menuju operasi yang akan dijalani.
Seperti yang termuat dalam publikasi di Jurnal Nature edisi 22 Juni 2022, hasil analisis mereka mengungkap 78 persen dari seluruh CTC ditemukan dalam sampel malam, ketika para perempuan itu tertidur.
Aceto dkk kemudian menguji yang sama pada tikus yang telah dicangkokkan empat jenis kanker payudara. Hasilnya, mereka menemukan sebanyak 87-99 persen CTC, bergantung jenis kankernya, berasal dari sampel yang diambil pada periode waktu tidur hewan tersebut.
Lebih jauh, CTC terklaster--cenderung membentuk tumor baru--hingga 278 kali lebih banyak pada sampel dari tikus yang sedang tidur. "Mengejutkan, tapi temuan ini sebenarnya bisa dipahami," kata Aceto.
Dia menerangkan sistem imun yang sangat termodulasi oleh siklus tidur-terjaga tubuh, dikenal sebagai ritme sirkadian. Selama ini, dia menambahkan, tumor kanker dikira tak mengikuti ritme itu.
Temuan baru ini telah menegaskan adanya salah pemahaman, tapi tetap meninggalkan banyak pertanyaan yang harus dijawab. "Ada ritmesitas tertentu, dengan puncak tertinggi saat tidur," kata Aceto, "Di momen mana saat tertidur--dan manakah yang lebih membantu antara tidur lebih panjang dan pendek--kami belum tahu secara pasti."
NEW SCIENTIST, NATURE
Baca juga:
Hari Kesehatan Tidur: Insomnia, Melatonin dan Plus-Minus Suplemen