TEMPO.CO, Jakarta - Yusuf Saputra, anak pedagang Liquefied Petroleum Gas (LPG) berhasil meraih beasiswa S1 di University of Toronto, Kanada lewat Beasiswa Indonesia Maju dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Lulusan SMA Negeri 29 Jakarta ini bakal melanjutkan studinya di perguruan tinggi dengan mengambil program studi Social Sciences (Economics).
Mulanya, Yusuf tak pernah membanyangkan dirinya bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Namun, dengan semangat dia berusaha mencoba mencapai keinginannya untuk bisa melanjutkan studi ke kampus idamannya.
“Karena beasiswa itu harus bersaing sama puluhan ribu orang, yang aku pikir bakalan sulit banget dan enggak mungkin,” kata Yusuf seperti dikutip di laman resmi Pusat Prestasi Nasional pada Selasa, 12 Juli 2022.
Punya Segudang Prestasi
Yusuf merupakan siswa yang berprestasi dalam ajang nasional dan internasional. Beberapa prestasi telah ia raih di antaranya medali perunggu International Economics Olympiad X Winter Challenge 2021, medali perak dalam ajang Kompetisi Sains Nasional (KSN) 2021 di bidang Ekonomi dan Finalis KSN 2020 di bidang Ekonomi, serta finalis Kompetisi Ekonomi (KOMPeK) FEB Universitas Indonesia 2021. Meskipun aktif di dalam kegiatan perlombaan yang berfokus pada bidang ekonomi, Yusuf tetap mempertahankan peringkat 1 Paralel IPS SMA selama tiga tahun atau enam semester.
Meskipun sibuk dengan sekolah dan kompetisinya, dalam kesehariannya Yusuf tetap membantu ayahnya yang membangun bisnis pangkalan LPG di rumah. Jika tidak memperoleh tugas-tugas dari sekolah, Yusuf mengirimkan gas-gas LPG kepada warung-warung dengan menggunakan motor yang dipasang keranjang untuk tempat gas.
Ia senantiasa bekerja keras dan konsisten untuk memperoleh Beasiswa Indonesia Maju. Segala persiapan dilakukan bersamaan dengan Pelatihan Nasional (Pelatnas) Bidang Ilmu Ekonomi untuk Olimpiade Sains Internasional.
Pintar-pintar Bagi Waktu
Dengan segala kesibukan Pelatnas yang dilakukan dari pagi hingga malam hari, tidak membuat semangat Yusuf menjadi padam dalam memperoleh beasiswa. Yusuf tetap berusaha mencuri waktu di sela-sela kegiatan untuk mempersiapkan berkas, membuat esai, dan mempersiapkan wawancara. Segala usahanya ini akhirnya membuahkan hasil, tahap demi tahap berhasil dilewatinya.
Baginya, pengalaman seleksi yang paling berkesan adalah saat sehari sebelum pelaksanaan tes IELTS. Saat itu Pelatnas baru diselesaikannya pada pukul 10 malam. Namun, ia dan teman-temannya yang juga mendaftar beasiswa tanpa kenal lelah masih belajar guna persiapan review materi IELTS untuk keesokan harinya.
Pada pukul 4 paginya, mereka harus berangkat ke lokasi IELTS. “Jujur masih tidak percaya bisa sampai sini. It is tiring, but at the same time, it actually gave me so much values just in a few weeks,” ungkap Yusuf.
Selama proses memperoleh beasiswa ini, hambatan juga dialami Yusuf terutama dari segi mental karena ia harus berusaha mengatur waktu dan emosi sebaik mungkin agar berjalan dengan baik. Yusuf menekankan bahwa yang terpenting dari sebuah perjalanan itu adalah proses.
“Kalau pun nanti gagal, itu artinya hanya ada dua kemungkinan yaitu berkat yang kita peroleh ditunda atau berkat yang kita peroleh dialihkan dalam bentuk lain. Jadi, tidak ada satupun yang sia-sia di dalam perjalanan kalian,” ujar Yusuf.
Baca juga: Derita Mahasiswa Papua Saat Besasiwa Mandek