TEMPO.CO, Palembang - Penghuni Pusat Latihan Gajah (PLG) Jalur 21 Padang Sugihan, Banyuasin, Sumatera Selatan, ketambahan anggota baru berupa bayi gajah berjenis kelamin betina. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan, Ujang Wisnu Barata, menjelaskan bayi tersebut lahir pada Rabu pagi, 13 Juli 2022. "Kondisinya bagus, sehat dan normal semua," katanya.
Menurut Wisnu, kelahiran tersebut merupakan salah satu kado istimewa menjelang Hari Gajah Sedunia yang diperingati setiap 12 Agustus. Bayi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) tersebut lahir diperkirakan pada pukul 5.
Bayi gajah tersebut merupakan hasil peranakan dari indukan gajah betina Elsa (24 tahun 10 bulan) asal Air Sugihan Jalur 18 dan indukan gajah jantan Gapula (31 tahun) asal Talang Mante Banyuasin, yang merupakan gajah binaan PLG Jalur 21 Padang Sugihan. Saat ini jumlah gajah binaan di PLG Jalur 21 Padang Sugihan total sebanyak 28 ekor.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengukuran morfometri, bayi gajah memiliki memiliki tinggi 77 sentimeter dan lingkar badan 102 sentimeter. Struktur organ fisik tubuh luar antara lain kepala sempurna, telinga kiri-kanan lengkap, badan lengkap, kaki depan (kiri dan kanan) lengkap sempurna, kaki belakang (kiri dan kanan) lengkap sempurna, ekor sempurna.
Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Indra Eksploitasia, menjelaskan gajah sumatera merupakan satwa prioritas. Dia merujuk kepada Keputusan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Nomor: SK.180/IV-KKH/2015 tentang Penetapan 25 Satwa Terancam Punah Prioritas untuk Ditingkatkan Populasinya Sebesar 10 Persen.
Gajah Sumatera juga masuk dalam kategori Endangered (terancam punah) menurut Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Karenanya dia termasuk satwa dilindungi. “Apresiasi kepada BKSDA Sumatera Selatan yang telah berhasil mengelola PLG sehingga tujuan pelestarian satwa gajah dengan meningkatkan populasi gajah dapat tercapai melalui program exsitu link to insitu,” kata Indra.
Baca juga:
Jurnalis dan Ahli Taksonomi Jelajahi Habitat Anggrek Papua di Pegunungan Arfak