TEMPO.CO, Jakarta - Salman Al Farisi menjadi sosok lulusan tertua pada wisuda program Pascasarjana periode IV Tahun Akademik 2021/ 2022 Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia lulus dari program doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM pada usia 62 tahun. Sebelumnya, dia saat S1 dia mengambil program studi Ekonomi Pembangunan FEB UGM dan S2 Hubungan Internasional di Fletcher School of International Law and Diplomacy, Tuft University di Amerika Serikat.
Meski hanya mengikuti wisuda secara online, dirinya merasa bahagia bisa diwisuda bersama 616 lulusan program magister, spesialis dan program doktor lainnya. Ijazah Sekretaris Jenderal Indian Ocean Rim Association (IORA) ini diterima oleh istri, Umi Mahmudah yang kebetulan sedang berada di Indonesia.
“Bagi lulusan ini puncak perjalanan studi yang diharapkan. Saya harus berpuas diri pada wisuda hari ini meski hanya melalui saluran streaming youtube karena saya saat ini ada di Mauritius," ujarnya seperti dilansir pada laman UGM pada Kamis, 21 Juli 2022.
Indian Ocean Rim Association (IORA) adalah sebuah organisasi internasional yang beranggotakan 23 negara sepanjang pesisir Samudera Hindia dan berkedudukan di Mauritius. Sebelumnya, ia pernah bertugas sebagai Duta besar RI untuk Afrika Selatan periode 2018-2022 dan Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab pada 2012-2014.
Kesibukan sebagai Duta Besar dan Sekjen IORA membuat Salman tak dapat mencapai niatnya untuk menyelesaikan kuliah kurang dari lima tahun. Meski begitu, ia merasa tak kecewa tidak berhasil meraih predikat cumlaude sekalipun hasil studinya mendapat nilai sempurna 4 dalam yudisiumnya.
“Saya ujian mempertahankan disertasi dengan judul “Efektivitas Inovasi Kebijakan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di Singapura, Studi Kasus Smart Embassy KBRI Singapura” pada 11 April 2022 dan dinyatakan lulus pada 31 Mei 2022 dengan predikat sangat memuaskan," katanya.
Berhasil menyelesaikan studi doktoral, Salman mengatakan hal itu sebagai sesuatu yang sangat berarti baginya. Pengalaman di dunia akademik, disebutnya, sangat memperkaya pengetahuan dan membangun perilaku berfikir kritis, bereferensi, dan bertanggung jawab.
Sebagai diplomat karier dan praktisi di bidang hubungan luar negeri, ilmu yang diperolehnya dari program studi Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM melengkapi rujukan yang sangat berharga bagi langkah-langkah perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Sebaliknya, sebagai pelaku di dunia diplomasi, ia mendapat berbagai pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai praktik kebijakan yang dapat memperkaya khasanah keilmuan.
“Pengalaman tugas memimpin sebuah organisasi antar negara saat ini menjadikan model kepemimpinan lintas budaya, cross-cultural leadership sebagai topik kajian menarik, baik aspek keilmuan maupun praktisnya," terangnya.
Sebagai praktisi, Salman mengaku pilihan menempuh pendidikan pada prodi Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan UGM dinilainya tepat. Program studi ini fokus pada kajian isu-isu kepemimpinan dan kebijakan dalam konteks perubahan global yang semakin kompleks yang berdampak besar pada berbagai sektor kehidupan masyarakat, seperti politik, ekonomi, sosial, dan media.
Oleh karenanya, kajian inovasi kebijakan dan kepemimpinan modern yang menjadi muatan utama pada prodi ini menjadi sangat penting dalam membantu para pemangku kepentingan menghadapi tantangan tersebut. Prodi ini dinilainya lebih adaptif terhadap paparan inovasi dalam lingkungan disruptif.
“Kajian lintas disiplin ilmu pada prodi ini juga menjadi tempat yang nyaman untuk berinteraksinya pemikiran dan pengalaman dari berbagai kalangan, baik dari kalangan pejabat pemerintah, akademisi, anggota TNI, dan pengusaha. Menjadi taman sari membangun semangat Indonesia incorporated yang telah lama didam-idamkan," ucapnya.
Sebagai lulusan UGM yang masih aktif berkarya di dunia diplomasi, Salman bertekad terus menjunjung tinggi almamaternya melalui pengabdian di dunia praktisi dan keilmuan. Agar tetap migunani di usianya yang tidak muda lagi, dia pun membuka diri untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya di dunia pendidikan maupun lembaga-lembaga kajian dan sosial kemasyarakatan.
Baca juga: Pernah Jadi Cleaning Service dan Jual Empek-empek, Achmad Raih Beasiswa S3 di Hungaria