Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Astronom Pakai Teknik Baru untuk Ungkap Bintang Tertua di Alam Semesta

Reporter

Editor

Erwin Prima

Bintang pertama muncul dari awan hidrogen tebal di alam semesta muda sekitar 400.000 tahun setelah Big Bang. (NASA/ JPL-Caltech)
Bintang pertama muncul dari awan hidrogen tebal di alam semesta muda sekitar 400.000 tahun setelah Big Bang. (NASA/ JPL-Caltech)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Para astronom memperkirakan teknik pengamatan baru yang mengandalkan deteksi sinyal radio samar akan memungkinkan mereka melihat bintang pertama yang terbentuk di tengah awan hidrogen tebal tak lama setelah kelahiran alam semesta.

Teknik itu, yang diperkenalkan dalam sebuah makalah baru, mencari jenis tanda radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai garis 21 sentimeter, yang dipancarkan oleh atom hidrogen yang memenuhi alam semesta muda dalam ratusan ribu tahun pertama setelah Big Bang.

Sinyalnya sangat lemah, sekitar seratus ribu kali lebih lemah dari sinyal radio yang dipancarkan oleh objek di galaksi kita, Bima Sakti. Untuk memisahkan sinyal dari semua gangguan lain yang terdeteksi oleh antena radio akan memerlukan analisis data yang kompleks.

"Metode kami bersama-sama menganalisis data dari beberapa antena dan melintasi pita frekuensi yang lebih luas daripada instrumen saat ini yang setara," ujar Eloy de Lera Acedo, seorang astronom di Universitas Cambridge di Inggris dan penulis utama makalah baru itu dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Space, 23 Juli 2022.

Dengan mengukur kontras antara radiasi dari awan hidrogen dan sinyal di belakangnya, para astronom berharap untuk 'melihat' bintang-bintang seolah-olah mereka adalah "bayangan dalam kabut."

"Pada saat bintang pertama terbentuk, alam semesta sebagian besar kosong dan sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium," kata de Lera Acedo dalam pernyataannya. "Karena gravitasi, unsur-unsur akhirnya bersatu dan kondisinya tepat untuk fusi nuklir, yang membentuk bintang-bintang pertama. Tetapi mereka dikelilingi oleh awan yang disebut hidrogen netral, yang menyerap cahaya dengan sangat baik, jadi sulit untuk mendeteksi atau mengamati cahaya di balik awan secara langsung."

Teleskop Luar Angkasa James Webb, yang baru-baru ini merilis gambar sains pertamanya, juga mencari cahaya pertama di alam semesta, tetapi menggunakan teknik yang berbeda. Webb mendeteksi radiasi infra merah, yang pada dasarnya adalah panas. Karena panas dapat menembus awan debu, Webb juga memungkinkan para astronom untuk mengintip ke dalam wilayah alam semesta yang paling sulit ditembus.

Metode astronomi radio baru itu dikembangkan sebagai bagian dari proyek Radio Experiment for the Analysis of Cosmic Hydrogen (REACH) dan dibangun berdasarkan pengamatan sebelumnya yang mengisyaratkan deteksi garis 21 sentimeter. Pengukuran sebelumnya tidak dapat direplikasi, yang membuat para ilmuwan percaya bahwa sinyal tersebut mungkin merupakan kesalahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Jika kita dapat memastikan bahwa sinyal yang ditemukan dalam percobaan sebelumnya benar-benar berasal dari bintang pertama, implikasinya akan sangat besar," kata de Lera Acedo.

Para peneliti menggunakan simulasi yang meniru pengamatan nyata menggunakan beberapa antena radio, yang meningkatkan keandalan data dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya yang mengandalkan satu antena. Pengukuran baru akan dilakukan akhir tahun ini di Karoo di Afrika Selatan.

"Kami sangat senang melihat seberapa baik sistem akan bekerja, dan memiliki keyakinan penuh bahwa kami akan membuat deteksi yang sulit dipahami itu," ujar Dirk de Villiers, astronom radio di University of Stellenbosch di Afrika Selatan dan penulis pendamping dari penelitian baru ini, dalam pernyataan itu.

Para ilmuwan sebelumnya mendeteksi sinyal dari Big Bang dalam bentuk latar belakang gelombang mikro kosmik, tetapi kemunculan bintang-bintang pertama di alam semesta setelah zaman kegelapan awal ratusan ribu tahun masih merupakan bagian yang hilang. Makalah itu diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy pada Kamis, 21 Juli 2022.

SPACE

Baca:
Misteri Lubang Hitam yang Perlu Anda Ketahui

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Legenda Monster Bintang di Alam Semesta, Jejak Kimianya Sudah Ditemukan

7 hari lalu

Gugus bola Messier 13, atau Gugus Hercules, seperti yang terlihat oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble.  Di suatu tempat di tengah kerumunan bintang yang padat ini mungkin terdapat monster kosmik yang dikenal sebagai superstar.  (Kredit gambar: NASA, ESA, dan Hubble Heritage Team (STScI/AURA); Pengakuan: C. Bailyn (Universitas Yale), W. Lewin (Institut Teknologi Massachusetts), A. Sarajedini (Universitas Florida), dan W  .van Altena (Universitas Yale)) Kosmik
Legenda Monster Bintang di Alam Semesta, Jejak Kimianya Sudah Ditemukan

Sebagai perbandingan, bintang-bintang supermasif berukuran 5.000 sampai 10.000 kali lebih besar daripada bintang di tata surya kita, Matahari.


Mengenal Menara BTS dan Fungsinya

8 hari lalu

Menara BTS. shutterstock.com
Mengenal Menara BTS dan Fungsinya

Menara BTS merupakan stasiun pemancar yang menjadi salah satu infrastruktur telekomunikasi.


Astronom Rekam Detik-Detik Bintang Lahap Planet

22 hari lalu

Astronom Rekam Detik-Detik Bintang Lahap Planet

Sebuah bintang melahap planet yang jaraknya 12.000 tahun cahaya, kemudian mengeluarkan debu-debu sisa serdawa.


Untuk Pertama Kalinya, Terlihat Bintang Sedang Memakan Planetnya

28 hari lalu

Gambar artistik dari sebuah planet yang akan ditelan bintang induknya. K. Miller and R. Hurt/Caltech/IPAC-NewScientist.com
Untuk Pertama Kalinya, Terlihat Bintang Sedang Memakan Planetnya

Astronom menemukan sebuah bintang yang sedang melahap salah satu planetnya. Preview dari nasib planet Bumi.


Kisah Pengamatan Gerhana Matahari Pertama di Tengah Laut dari KRI Spica-934

32 hari lalu

Nurdin Nurdiansah (Facebook)
Kisah Pengamatan Gerhana Matahari Pertama di Tengah Laut dari KRI Spica-934

Bagi Nurdin pengamatan gerhana matahari hibrida ini melengkapi 'koleksi' pengamatan gerhana mataharinya.


Apakah Ada Atmosfer di Bulan Seperti di Bumi? Ini Penjelasannya

51 hari lalu

Ilustrasi bulan. REUTERS/Mike Blake
Apakah Ada Atmosfer di Bulan Seperti di Bumi? Ini Penjelasannya

Penemuan air di Bulan mengubah pengetahuan yang selama ini berkembang.


Apa Itu Black Hole, Lubang Hitam Misterius di Alam Semesta?

55 hari lalu

Apa Itu Black Hole, Lubang Hitam Misterius di Alam Semesta?

Secara sederhana, Black hole adalah titik yang sangat padat di ruang angkasa sehingga menciptakan daya gravitasi yang super besar.


Sebuah Planet di Luar Tata Surya Diduga Sedang Berubah Menjadi Planet Air

14 Maret 2023

Ilustrasi gambar artistik dari sebuah planet di luar tata surya yang menguap. ESA/Hubble, NASA, M. Kornmesser
Sebuah Planet di Luar Tata Surya Diduga Sedang Berubah Menjadi Planet Air

Astronom tengah menganalisis sebuah planet misterius di luar tata surya yang dilabeli sebagai HD-207496b.


Meteorit Tabrak Bulan Terekam Kamera Astronom Jepang di Bumi

13 Maret 2023

Astronom Jepang, Daichi Fujii, menangkap gambar peristiwa meteorit menabrak Bulan yang tampak lewat kilatan cahaya terang di kiri bawah pada 23 Februari 2023. mage credit: Daichi Fujii Hiratsuka City Museum
Meteorit Tabrak Bulan Terekam Kamera Astronom Jepang di Bumi

Dibandingkan dengan di Bumi, di Bulan hanya ada eksosfer yang sangat renggang. Meteorit bisa lebih sering menabraknya.


Honda Operasikan Pembangkit Listrik Hidrogen Honda di AS

8 Maret 2023

Honda FCV Concept, kendaraan berbahan bakar hidrogen Honda Motor Co, ditampilkan selama pembukaan pameran otomotif di Tokyo, Jepang, 17 November 2014. Honda meluncurkan kendaraan kepada media di Tokyo hari ini menjelang Los Angeles Auto Show. Tomohiro Ohsumi/Bloomberg/Getty Images
Honda Operasikan Pembangkit Listrik Hidrogen Honda di AS

Honda mengumumkan mulai 2024 akan memproduksi Honda CR-V hidrogen (FCEV).