Perang Hancurkan Keanekaragaman Hayati
Senin, 23 Februari 2009 13:01 WIB
TEMPO Interaktif ,
Jakarta :
Lebih dari 80 persen konflik bersenjata yang terjadi sepanjang 1950-2000 menghancurkan keanekaragaman hayati. Ini merupakan temuan dari studi yang dimuat jurnal Conservation Biology, terbitan h ari ini. “Kesimpulan ini sangat mengejutkan,” kata Russell A. Mittermeier, penulis studi dan Presiden Conservation International (CI).
Para ahli membandingkan wilayah konflik dengan 34 titik pusat keanekaragaman hayati di dunia yang diidentifikasi CI. Ternyata, peperangan di sekitar 23 titik pusat itu. Titik yang sangat terancam ini setengah populasinya berupa tanaman dan 42 persennya vertebrata. Jutaan warga miskin tinggal dan kehidupannya sangat bergantung dari ekosistem di titik ini.
Perang Vietnam menjadi salah satu contoh kasus ketika digunakan zat kimia Agent Orange. Zat yang dipakai tentara Amerika Serikat ini menghancurkan hutan dan terumbu karang. Contoh lain pada perang di Kamboje, Liberia dan Kongo di Afrika. Konflik bersenjata ini menghancurkan daya dukung biologis dan kemampuan warga untuk hidup.
UWD/LiveScience
Rekomendasi Berita
9 jam lalu
16 jam lalu
22 jam lalu
1 hari lalu
2 hari lalu
2 hari lalu
2 hari lalu
2 hari lalu
2 hari lalu
3 hari lalu
Perpu Cipta Kerja Dinilai Langgengkan Pasal yang Mengancam Lingkungan Hidup
33 hari lalu
Perpu Cipta Kerja Dinilai Langgengkan Pasal yang Mengancam Lingkungan Hidup
Satya Bumi juga menyoroti Perpu Cipta Kerja yang masih mempertahankan aturan yang memangkas hak masyarakat adat dalam penyusunan Amdal.
Baca Selengkapnya
Aktivis Melihat Potensi Tersembunyi Kerusakan Lingkungan dari RKUHP
4 Desember 2022
Aktivis Melihat Potensi Tersembunyi Kerusakan Lingkungan dari RKUHP
RKUHP dinilai oleh pegiat lingkungan memiliki potensi tersembunyi menyebabkan kerusakan pada kelestarian alam.
Baca Selengkapnya
Dana Lingkungan Hidup untuk Apa
25 November 2022
Dana Lingkungan Hidup untuk Apa
Pengelolaan dana lingkungan hidup akan mencakup bidanvkehutanan, energi dan sumber daya mineral, perdagangan karbon, dan sebagainya.
Baca Selengkapnya
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Bentuk Forum Kualitas Udara
15 November 2022
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Bentuk Forum Kualitas Udara
Forum Kualitas Udara Jakarta ini dibentuk setelah melalui diskusi tentang pemantauan kualitas udara Jakarta sekarang dan akan datang.
Baca Selengkapnya
Pengadilan Tinggi DKI Putuskan Jokowi dan 3 Menteri Lalai Penuhi Udara Bersih di Jakarta
21 Oktober 2022
Pengadilan Tinggi DKI Putuskan Jokowi dan 3 Menteri Lalai Penuhi Udara Bersih di Jakarta
Pengadilan Tinggi DKI menolak banding yang diajukan Jokowi dan 3 menterinya soal kewajiban pemenuhan udara bersih di Jakarta.
Baca Selengkapnya
Dinas LH DKI Beberkan Perbaikan Indeks Kualitas Lingkungan di Jakarta Sejak 2017
12 Oktober 2022
Dinas LH DKI Beberkan Perbaikan Indeks Kualitas Lingkungan di Jakarta Sejak 2017
Dinas Lingkungan Hidup DKI memaparkan perbaikan indeks lingkungan yang telah berjalan di Jakarta sejak 2017 lalu.
Baca Selengkapnya
Anies Baswedan Beri Penghargaan Masyarakat yang Berperan Kelola Lingkungan
12 Oktober 2022
Anies Baswedan Beri Penghargaan Masyarakat yang Berperan Kelola Lingkungan
Anies Baswedan memberikan apresiasi bagi masyarakat yang berperan mengelola lingkungan dalam Apresiasi Masyarakat Peduli Lingkungan 2022.
Baca Selengkapnya
Protes Penebangan Pohon Peneduh Jalan, Warga Mega Cinere Depok Somasi Pengurus Lingkungan
18 September 2022
Protes Penebangan Pohon Peneduh Jalan, Warga Mega Cinere Depok Somasi Pengurus Lingkungan
Penebangan pohon itu tidak sesuai dengan Perda Kota Depok No. 3 tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup
Baca Selengkapnya
DPRD Kabupaten Bogor Sahkan Perda Penanggulangan Penyakit Menular
16 September 2022
DPRD Kabupaten Bogor Sahkan Perda Penanggulangan Penyakit Menular
Perda tentang penyakit menular diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Kabupaten Bogor.
Baca Selengkapnya
Nyaris Punah Burung Mandar Talaud Ditemukan Kembali pada 1996
7 September 2022
Nyaris Punah Burung Mandar Talaud Ditemukan Kembali pada 1996
Burung Mandar Talaud sempat dikabarkan punah akibat alih fungsi hutan di Sulawesi, tetapi spesies ini ditemukan kembali pada 6 September 1996.
Baca Selengkapnya