Ledakan itu menghasilkan energi berkisar dari 3.000 sampai lebih dari lima miliar kali lipat daripada cahaya terlihat, kata ahli astrofisika. "Cahaya terlihat memiliki kisaran energi antara dua dan tiga elektron volt. Ledakan ini mencapai jutaan sampai miliaran elektron volt," kata Frank Reddy, astrofisikawan NASA.
Reddy menyatakan, ledakan ini amat luar biasa. "Jika Anda memandangnya dalam terminologi energi, sinar X jauh lebih berenergi karena mereka menembus apa pun, ujarnya. "Sinar ini tidak dapat dihentikan oleh apa pun, mereka langsung menembus masuk dan itulah mengapa kita bisa melihatnya dari jarak yang amat jauh."
Sebuah tim yang dipimpin oleh Jochen Greiner dari Max Planck Institute for Extraterrestrial Physics, Jerman, memperkirakan pancaran sinar gamma yang amat dahsyat itu terjadi pada lokasi yang berjarak 12,2 miliar tahun cahaya.
Itu berarti ledakan tersebut bersumber dari tempat yang amat jauh karena matahari yang berjarak 150 juta kilometer dari bumi cuma delapan menit cahaya. Sedangkan Pluto yang 39 kali lebih jauh daripada bumi-matahari berjarak 12 jam cahaya.
Berdasarkan jarak ledakan itu dari bumi, para ilmuwan mengetahui bahwa pancaran energi itu jauh lebih kuat daripada 9.000 supernovae--ledakan kuat yang terjadi pada saat bintang mati--dan semburan gas yang dilepaskan sinar gamma bergerak hampir sama dengan kecepatan cahaya. "Kekuatan dan kecepatannya membuat ledakan ini sebagai ledakan sinar gamma paling ekstrem yang pernah tercatat," kata keterangan resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Energi Amerika Serikat.
Letusan sinar gamma adalah ledakan paling terang di alam semesta. Para astronom yakin bahwa letusan sinar ini terjadi ketika bintang raksasa kehabisan bahan bakar nuklirnya dan hancur. Hamburan sinar yang berlangsung lama, berakhir lebih dari dua detik, terjadi pada bintang raksasa yang hampir hancur sementara ledakan singkat atau kurang dari dua detik terjadi pada bintang yang lebih kecil.
Dengan mempelajari ledakan sinar gamma ini, para ilmuwan bisa mengambil contoh bintang individual pada jarak teramat jauh, bahkan galaksinya pun tak terlihat jelas. Observasi terhadap ledakan besar ini juga dapat mengungkap tentang teka-teki antariksa. "Emisi ledakan pada energi ini masih kurang dipahami dan Fermi memberi kita perangkat untuk memahaminya," kata Peter Michelson, fisikawan Stanford University, kepala intigator teleskop area luas Fermi. "Dalam beberapa tahun, kami akan dapat memiliki sampel letusan yang amat baik dan mungkin bisa menjawab segalanya."
Teleskop Fermi dan satelit Swift NASA mendeteksi 1.000 ledakan sinar gamma setahun atau satu ledakan setiap 100.000 tahun di salah satu galaksi. Astrofisikawan memperkirakan ada ratusan miliar galaksi di seluruh alam semesta.
TJANDRA | AFP