TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi Covid-19 untuk dosis penguat (booster) kedua hari ini, Jumat 29 Juli 2022. Vaksin booster kedua saat ini hanya ditujukan bagi tenaga kesehatan yang dianggap rentan menghadapi gelombang Covid-19 yang sedang meninggi kembali.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa tenaga kesehatan berisiko tertular saat bertugas melayani pasien. "Kita tahu, sudah ada dua dokter yang meninggal akibat Covid-19 yang berkembang dengan varian yang ada sekarang," katanya pada Kamis 28 Juli 2022.
Di Eropa, otoritas kesehatan setempat, yakni European Center for Disease Prevention and Control (ECDC) dan European Medicines Agency (EMA), telah lebih dulu merekomendasikan dosis vaksin booster kedua sejak April lalu. Bedanya, yang disasar adalah mereka yang berusia antara 60 dan 79 tahun dan orang dengan kondisi medis berisiko tinggi sakit parah.
Dasarnya sama, gelombang baru Covid-19 yang saat ini juga sedang melanda Eropa, ditandai dengan meningkatnya tingkat penerimaan rumah sakit dan unit perawatan intensif (ICU). Booster kedua ini dapat diberikan setidaknya empat bulan setelah yang sebelumnya, dengan fokus pada orang yang telah menerima booster lebih dari 6 bulan yang lalu.
Dosis vaksin booster menggunakan vaksin dasar resmi (vaksin mRNA) karena telah terbukti sangat efektif dalam mengurangi angka rawat inap, penyakit parah, dan kematian dalam konteks munculnya varian-varian SARS-CoV-2. “Kami saat ini melihat peningkatan pelaporan kasus Covid-19 dan tren peningkatan penerimaan dan hunian rumah sakit dan ICU di beberapa negara terutama didorong oleh subvarian Omicron BA.5," kata Andrea Ammon, Direktur ECDC.
Saat ini, menurut Ammon, tidak ada bukti yang jelas untuk mendukung pemberian dosis booster kedua kepada orang-orang di bawah usia 60 tahun yang tidak berisiko tinggi terkena penyakit parah. Tenaga kesehatan di Eropa juga tidak mendapat prioritas pemberian booster kedua sepanjang mereka tidak berada dalam risiko tinggi.
Namun, penghuni di rumah-rumah panti jompo cenderung berisiko terkena penyakit parah dan harus dipertimbangkan untuk dosis booster sesuai dengan rekomendasi nasional.
ECDC dan EMA telah meminta otoritas di seluruh Uni Eropa untuk merencanakan booster tambahan ini selama musim gugur dan musim dingin nanti. Kemungkinan menggabungkan vaksinasi Covid-19 dengan vaksinasi untuk influenza.
Kelompok Penasihat Teknis Imunisasi Nasional (NITAGs) pada akhirnya akan membuat keputusan nasional tentang siapa yang harus mendapatkan booster kedua, dengan mempertimbangkan situasi di negara mereka masing-masing.
Rekomendasi ECDC/EMA terbaru datang di tengah kebutuhan mengadaptasi vaksin untuk menghadapi subvarian Omicron yang menjadi perhatian. "Vaksin resmi di Uni Eropa terus efektif dalam mencegah rawat inap, penyakit parah, dan kematian akibat Covid-19, bahkan ketika varian dan subvarian baru terus bermunculan,” kata Direktur Eksekutif EMA, Emer Cooke.
EMA
Baca juga:
PT Pindad dan ITS Bikin Peluru untuk Operasi Khusus di Lingkungan Padat Penduduk